MUDIPAT.CO – “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari).
Begitu bunyi terjemahan dari Kitab Hadits Arbain an Nawwawiyah yang ke-16, yang dikupas pada kajian rutin kali ini, Jumat (19/1/2024).
Drs. KH. Ahmad Barir, M.Si yang mengasuh kajian ini menjelaskan ada tiga pelajaran yang dapat diambil dari hadits tersebut. Pertama, perhatian sahabat pada hal-hal yang utama. Dalam hadits tersebut jelas disebutkan ada seorang sahabat yang meminta wasiat pada Nabi Muhammad hingga diulang-ulang, “Berilah aku wasiat.” Menurut Kiai Barir ini menandakan sahabat tersebut punya perhatian yang besar pada hal-hal yang utama.
Bukan hanya itu, lanjutnya, setelah mengetahu suatu kebenaran, ia benar-benar melakukan kebenaran tersebut. “Kebenaran tersebut diterapkan dalam kehidupannya,” ungkapnya.
Kedua, kata-kata yang kita sampaikan pada orang lain hendaknya sesuai keadaan. Jika ingin menyampaikan suatu hal pada orang lain, sampaikan dengan cara yang baik dan sopan. “Istilahe ngomong seng enak,” ujarnya.
Ketiga, larangan marah. Kiai Barir mengungkapkan marah akan menimbulkan kerugian. Melampiaskan amarah juga merupakan perbuatan yang dilaknat Allah. Hal yang perlu dibiasakan adalah menahan amarah dan bersabar.
Ia pun menambahkan menjadi guru jangan sedikit-sedikit marah. Ada murid yang menumpahkan minum di kelas, misalnya, sudah marah-marah. “Saat marah, ayo kendalikan diri. Nanti ndak dapat surganya Allah,” pesannya.
Tak lupa Kiai Barir pun memberikan tips atau terapi agar amarah bisa dikendalikan. Pertama, terapi dengan kata-kata. Yaitu dengan mengucap, audzubillahi minasy syaithoonir rojim. Kalau menuruti emosi, sama saja mengikuti jalannya setan.
Kedua, terapi tindakan. Hal ini bisa dilakukan bila saat marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah. Bila saat marah dalam keadaan duduk, maka berbaringlah. Bila saat berbaring belum bisa meredam emosi, ambilah air wudhu. (Muhimmatul Azizah)