MUDIPAT.CO – Ada yang unik dalam pembelajaran Kelas III SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) kali ini. Siswa secara Bersama belajar membatik dengan Dr. Moh. Huri, S.Pd., M.Sn., M.Art dalam kegiatan EG-Tea (exploring with Guest Teacher) dengan tema Asik Membatik Melestarikan Budaya Bangsa, Jum’at (10/9/2021).
Sebelum memulai praktek memabtik, Pak Huri-panggilan akrabnya memberi penjelasan tentang apa itu batik. Batik adalah kain Indonesia bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.
Tak lupa ia juga menyampaikan jenis-jenis batik. Antara lain ada batik tulis, batik cap, batik lukis, batuk jumputan, batik celup ikat, dan batik shibori. “Nah, yang akan kita praktekkan hari ini adalah batik shibori,” ucapnya.
“Apa itu batik shibori? Seperti Bahasa Jepang ya?” tanyanya. Kemudian dengan lugas ia menjelaskan shibori memang berasal dari Jepang yang mempunyai kata kerja shiboru, yakni teknik pewarnaan kain yang mengandalkan ikatan dan celupan. Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda dengan batik. “Tak heran, jenis kain yang satu ini sering kali disebut dengan batik celup Jepang,” ujarnya.
Ia melanjutkan pada dasarnya pembuatan Shibori mirip seperti membatik, di mana beberapa bagian kain dilindungi agar tidak terkena pewarna. Sehingga, hasil akhir pewarnaan memberikan pola sesuai dengan bagian yang diwarnai dan dilindungi.
Tehniknya pelipatan dan ikatan sehungga menghasilkan karya yang menarik. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam membuat batik shibori antara lain, kain Katun putih (50 cm x 50 cm), pewarna tekstil (pewarna makanan cair 2 jenis), karet gelang secukupnya, dan mangkuk sebagai wadah pewarna.
Hal yang dilakukan pertama adalah melipat kain. Kain dilipat menjadi dua bagian yang sama, kemudian dilipat ke depan ke belakang dengan ukuran yang sama sampai habis. Selanjutnya diikat dengan karet gelang. Langkah terakhir mencelupkan kain ke dalam warna yang diinginkan.
“Jika ingin ada Nampak warna putih, maka saat mencelup jangan melewati karet. Namun jika mau full warna mencelupnya bisa melewati karet,” jelasnya.
Ia juga menambahkan untuk mencelupkan warna pertama bisa hamper seluruh kain, namun pada warna yang kedua hanya ujung-ujung sajs. “Teknik gradasi warna yang cerah adalah yang pertama, baru yang kedua agak gelap,” imbuhnya.
Selain siswa, semua guru Kelas III pun antusias ikut membatik. Dengan semangat Ustadz-Ustadzah pun mengikuti instruksi Pak Huri. Hasilnya, sangat menakjubkan meski saat melipat maupun mengikat terlihat sama namun batik yang dihasilkan berbeda. Amazing! (Azizah)