MUDIPAT.CO – Topik kajian tafsir Jum’at pagi di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) kali ini mengupas tentang proses penciptaan dan takdir manusia. Seperti disebutkan dalam kitab hadist Arbai’n An Nawawiyah yang ke-4.
Terjemahannya sebagai berikut, “Dari Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan kepada kami, dan beliau adalah ash-Shadiq al-Mashduq (yang benar lagi dibenarkan perkataannya):
‘Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk sperma, kemudian menjadi segumpal darah seperti (masa) itu, kemudian menjadi segumpal daging seperti itu pula. Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan dengan empat kalimat : menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia.
Demi Dzat yang tiada tuhan selainNya, sesungguhnya ada salah seorang dari kalian yang beramal dengan amalan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal satu hasta, tapi catatan (takdir) mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka sehingga akhirnya dia masuk neraka.
Dan sesungguhnya ada salah seorang dari kalian yang beramal dengan amalan ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal satu hasta, tapi catatan (takdir) mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amalan ahli surga sehingga akhirnya dia masuk surga’( HR. Bukhari dan Muslim).
Di hadapan guru dan karyawan SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat), Penceramah Ustadz Drs. H. Ahmad Barir, M.Si.,menjelaskan pada saat proses manusia diciptakan dalam bentuk sperma selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal darah, selanjutnya menjadi segumpal daging, kemudian ditiupkan ruh di dalamnya, maka Allah mentakdirkan padanya empat perkara. Yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia, Jumat (25/11/2022).
Bertempat di Masjid KH Ahmad Dahlan, dengan gambling Ustadz Barir menjelaskan satu persatu empat hal tersebut. Pertama, masalah rizki sudah dibagi dan ditentukan oleh Allah. Menurutnya, setiap manusia bisa jadi punya takdir rizki yang berbeda. “Meski memiliki jabatan dan penghasilan yang sama, belum tentu punya rizki yang sama,”ujarnya.
Kedua, tentang ajal. Menurutnya, Allah bisa kapan saja mengambil ajal kita. Semua sudah ditetapkan Allah sejak manusia diciptakan. Sedangkan untuk amal, apakah perbuatan yang kita lakukan termasuk amalan shalihan atau termasuk amalan tolehan, yakni tolah-toleh. “Ketika ada yang melihat, kita beribadah dengan bagus, jika sepi tidak ada yang melihat asal-asalan,” jelasnya.
Selanjutnya, ia juga menjelaskan dalam hadits ini menggambarkan apa yang kita lakukan menentukan akhirnya. Amalan-amalan kita tergantung pada akhirnya. Jadi, jika merasa memiliki amal baik, jangan merasa nyaman karena kita tidak akan tahu akan seperti apa akhirnya, pun sebaliknya. (Muhimmatul Azizah)