MUDIPAT.CO – Dr Ari Pudjiastuti MPd, Widyaiswara Balai Besar Guru Penggerak Jawa Timur mengisi materi Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat). Kegiatan itu bertajuk Recharging Guru dan Karyawan, mengusung tema “Merdeka Berinovasi dan Merdeka Berbagi”.
Acara diikuti guru dan karyawan Mudipat juga 15 guru perwakilan sekolah-sekolah Muhammadiyah dari Surabaya dan Gresik berlangsung di Auditorium TMB, Sabtu (16/07/2022).
Bunda Dr. Ari, demikian sapaan karibnya, menjelasakan IKM menurutnya merupakan pembelajaran yang mengajak siswa untuk benar-benar belajar. Yaitu belajar bagaimana belajar untuk menjadi lebih bermanfaat dan bermakna dalam kehidupan. Karena pada kurikulum ini siswa diharapkan dapat berpikir kritis kemudian ada integrasi antara pengetahuan dan keterampilannya.
Pada kesempatan baik itu Bunda Dr. Ari menyampaikan 2 materi. Yakni Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL) di sesi pertama. Kemudian Pembelajaran STEAM di sekolah dasar di sesi kedua.
Pada materi PBL dia menerangkan bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
“Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan masalah/menghadapi tantangan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Dijelaskan ada 5 Strategi penerapan model Problem Based Learning. Yakni: Permasalahan sebagai kajian, Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman, Permasalahan sebagai contoh, Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses, dan Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.
“Tujuan PBL itu untuk keterampilan berpikir dan memecahkan masalah ini kita sebut Higher Order Thinking Skills,” katanya.
Tujuan lainnya yaitu, pemodelan peranan orang dewasa, menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas praksis yang dijumpai di luar sekolah, mendorong kerjasama, memiliki elemen-elemen magang – memiliki peran dari yang diamatinya, dan melibatkan siswa penyelidikan pilihan sendiri – fenomena dunia nyata.
“Juga dalam pembelaajran berpusat pada peserta didik, menentukan sendiri apa yang harus dipelajari dan dari mana informasi harus diperoleh,” terangnya.
Kelebihan PBL intinya merupakan pembelajaran bermakna. Yakni peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
“Ini yang Bahasa ilmiahnya belajar kontekstual,” katanya.
Sementara itu Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan (proyek) yang menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa mulai dari merencanakan, membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan laporan pelaksanaannya.
“PBL menekankan pada proses pembelajaran jangka panjang, siswa terlibat secara langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat interdisipliner, dan melibatkan siswa sebagai pelaku mulai dari merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan (student centered),” terang Bunda Dr. Ari.
Adapun kelemahan PjBL yaitu, peserta didik yang memiliki kelemahan dalam melakukan penelitian/percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan. Kemungkinan adanya peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
“Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan,” imbuhnya.
Sementara itu pada materi sesi 2 Bunda Dr. Ari mengupas topik pembelajaran STEAM di sekolah dasar. Dia mendefinisikan, STEAM adalah pendekatan interdisipliner yang mempelajari berbagai konsep akademik yang disandingkan dengan dunia nyata dengan menerapkan prinsip-prinsip sains, matematika, rekayasa dan teknologi; yang menghubungkan antara sekolah, komunitas, pekerjaan, dan dunia global, memberikan ruang untuk memiliki kemampuan bersaing dalam dunia ekonomi baru.
“Karakteristik STEAM adalah integrasi sains, teknologi, enginering, seni dan matematika dalam satu pengalaman belajar; pembelajaran berbasis proyek; Pembelajaran Kontekstual karena dikaitkan dengan kehidupan nyata (real world application); Menyiapkan peserta didik untuk menjadi sumber daya (SDM) yang mempunyai kemampuan integratif; dan Mengembangkan softskill dan keterampilan teknis,” teranya. (mul)