MUDIPAT.CO – Untuk membentengi aqidah siswa, SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) mengadakan kajian kristologi, Senin (16/12/2019). Kegiatan bertema Islam; my religion, my life and my happiness itu berlangsung dua sesi. Sesi pertama dari pukul 08.00-09.30 diikuti oleh siswa kelas V. Sedangkan sesi kedua pukul 10.00-11.30 diikuti oleh siswa kelas VI.
Dengan hangat dan semangat pemateri H. Yudi Muljana, M.Th., M.Pd.I., Mualaf mantan pendeta GBI, Dosen STAI Cirebon itu mampu membangkitkan dan menggugah jiwa dan hati seluruh peserta yang hadir.
Ia menceritakan awal mula tertarik dan masuk Islam. Pada 14 Juli 2008, ia dan ketiga anaknya baru pulang dari bepergian. Seperti biasa, ia membaca kitab suci Injil, namun saat ia menyalakan TV, tiba-tiba yang muncul adalah suara adzan shubuh.
Seketika itu, tubuhnya jatuh dan tidak bisa bangun. Badanya seperti lumpuh dan tidak bisa bicara. Pada saat itu, suara adzan itu terus masuk ke hati dan pikiranya. Pada saat itu juga, ia merasa takut mati. Takut sedalam-dalamnya.
Setelah suara adzan usai, di TV munculah Ustadz Arifin Ilham (almarhum). Ia mengucapkan laa ilaaha illallah. Tiba-tiba, ia mengikuti ucapan itu di dalam hatinya, berulang-ulang. Air mata pun menetes. Seolah-olah di dalam ruangan itu terdapat cahaya.
“Meskipun saya tidak tahu, apa arti dari kalimat itu,” kisahnya.
Secara perlahan-lahan, ia bisa bangkit dan dari mulutnya bisa berucap laa ilaaha illallah. Akhirnya pada 7 Agustus 2008, ia mantap berikar syahadat dan masuk Islam.
Namun, ia mendapat tentangan dari seluruh keluarga, termasuk anak, istri dan ibunya. Ia kemudian meminta waktu selama tiga bulan kepada keluarganya.
“Saya katakan, jika Islam yang benar, saya pilih Islam. Namun jika dalam pencarianku Kristen yang benar, maka aku akan kembali memeluknya,” kisahnya.
Sejak saat itu ia mulai belajar tentang Islam. Hal yang mula dicari adalah apa agama itu sama? Semua agama mengajarkan menyembah Tuhan, manusia berbuat dosa, keluar dari surga supaya masuk surga, harus berbuat baik, hidup setelah kematian.
“Ternyata agama itu berbeda, nama Tuhanya berbeda, perbuatan dosa tiap agama pun berbeda, ukuran perbuatan baik tiap agama juga berbeda, dan masih banyak lagi perbedaannya,” terang Ustadz Yudi.
Setelah 3 bulan, ia memutuskan memilih Islam karena Islamlah agama yang agung. Hingga kini ia tidak bisa bertemu dengan anak dan istri. Sebagai manusia, tentu sedih dan menangis. Namun dengan Islam ada kedamaian.
“Semua orang yang saya dicintai boleh meninggalkan saya, tapi Allah tidak pernah meninggalkan saya. Semua orang boleh menghina saya, tapi Allah tidak pernah menghina saya. Saya hanya berharap semoga bisa mati dalam khusnul khotimah,” ujarnya.
Dari pembahasan itu tak ayal banyak siswa yang terharu dengan cerita Ustadz Yudi tersebut. Hampir sebagian besar meneteskan air mata. Terlebih saat ia mengajak kepada hadirin untuk memohon ampun kepada Allah. Merenungi semua dosa-dosa yang pernah dilakukan. Semoga Allah meneguhkan aqidah kita semua. (azizah)