MUDIPAT.CO – SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) punya gawe cukup besar pada Jumat (25/01/2019). Selain acara RIAS kelas IV, sekolah berlabel Teladan Nasional ini tengah divisitasi oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya. Agendanya adalah penilaian sekolah adiwiyata.
Wakil Kepala SD Mudipat Ustadzah Aliyatuz Zakiyah D. SSi mengatakan, pihaknya akan terus meneguhkan tekad untuk mengikuti program sekolah adiwiyata. Yaitu suatu program dari kementrian lingkungan hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan.
“Dengan program ini diharapkan semua warga sekolah ikut mengambil peran dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat. Tanpa dukungan seluruh warga sekolah, maka program ini tidak akan bisa berjalan,” ujarnya.
Ustadzah Aliyah, demikian panggilan kesehariannya, mengungkapkan, Mudipat masih baru memulai mengikuti program tersebut. Namun dia optimis Mudipat akan terwujud sekolah yang adiwiyata. Ke depan Mudipat dalam program ini menjadikan lidah buaya sebagai ikon sekolah adiwiyata.
“Untuk itu pimpinan sekolah membuat kebijakan terkait program dan anggaran untuk mendukung adiwiyata ini,” terangnya.
Untuk diketahui, ada 4 aspek yang dinilai dalam program adiwiyata. Yaitu, pertama, kebijakan sekolah di mana kepedulian dan berbudaya lingkungan. Kedua, kurikulum yang berbasis lingkungan.
“Ketiga Kegiatan berbasis partisipatif, dan keempat sarana prasarana pendukung ramah lingkungan. Kami dari segi portofolio sudah dipuji, tinggal menambah dan membenahi yang kurangnya,” tegas wakil kepala sekolah (Wakasek) asli Sidoarjo itu.
Ustadzah Aliyah pada evaluasi penilaian mengatakan pihaknya optimis dapat menjalankan program sekolah adiwiyata.
“Kehadiran Bapak Ibu (visitor dan pendamping) menyemangati kami. Kami mengira program adiwiyata ini berat. Tapi masukan panjenengan sangat meringankan kami, sangat berguna bagi kami. Kami mohon bimbingannya ke depan,” katanya di hadapan tim visitor saat penutupan acara.
Salah satu tim visitor Dyan Prasetyaningtyas yang merupakan Kepala Seksi Peningkatan Kualitas dan Penyuluhan Lingkungan Hidup DLH Surabaya mengatakan, Mudipat perlu melakukan pembenahan fundamental dalam program ini.
“Pembelajaran dan ekskul harus minimal 80 persen terintegrasi dengan lingkungan hidup. Kemudian anggaran sekolah minimal 20 persen untuk program adiwiyata ini,” katanya saat menutup acara di sesi evaluasi. Dyan tidak sendirian ke Mudipat. Perempuan berkerudung itu bersama rekannya sesama TIM DLH Surabaya: Heny D dan Pangky. Selain itu ada tim pendamping sekolah adiwiyata dari SMPN 23 Surabaya dikomandani oleh Kun Mariyati.
Dyan menambahkan, perbaikan lainnya yang sangat butuh perhatian adalah memilah sampah. Baginya memilah sampah harus dioptimalkan. Sebab itu paling dasar di program sekolah adiwiyata.
“Termasuk pengoptimalan slogan-slogan yang belum. Silahakn ditambahkan, khususnya hemat air dan energi. kemudian tulisan visi misi harus ditempelkan di kelas-kelas dan diruang guru. agar warga sekolah semua paham,” terangnya. (mul)