MUDIPAT.CO – Pemimpin yang taat AD/ART atau menjalankan tugas, kewajiban, dan wewenang sesuai Undang-undang itu nilainya 100. Namun pemimpin yang luar biasa adalah dia yang dalam menunaikan amanah melandaskan pada sifat kebijaksanaan dan keberadaban.
Demikian pernyataan Ustadz Dr H M Sholihin SAg MPSDM menanggapi isu mutakhir di republik ini, Jum’at (18/1/2019). Menurutnya sulit menemukan model pemimpin seperti itu: bijak dan beradab.
“Rasulullah Muhammad SAW telah memberi teladan mulia dalam memimpin. Kalau kita umat Islam sudah seyogianya meneladi kepemimpinan Rosulullah,” terang mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) itu.
Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Timur itu menambahkan, ada empat sifat kepemimpinan Rasulullah SAW yang tak lekang waktu. Yaitu Shiddiq (benar), Fahonah (cerdas), tabligh (menyampaikan), dan amanah (dapat dipercaya).
“Dan dalam kepemimpinannya, Rasulullah tidak hanya taat aturan. Tetapi beliau menampilkan kebijaksanaan dan keadaban dalam memimpin,” ucapnya.
Misalnya persoalan kentut, lanjut Sholihin, Rasulullah sangat bijaksana merespons kasus kentut ini. Bijaksananya Rasulullah begini: Suatu ketika para sahabat berkumpul di masjid menjelang shalat, lalu sahabat ribut soal bau kentut. Bahkan saling menuduh perkara siapa yang kentut karena tidak ada yang mengaku. Maka Rasulullah saat tiba di masjid memerintahkan sahabat-sahabatnya berwuduh–karena kentut membatalkan wudhu. Padahal jelas bukan Rasulullah yang berkentut.
“Salah satu sahabat protes, katanya dia tidak merasa wudhunya batal. Maka Rasulullah tidak membantah sahabat yang protes tadi, tetapi Beliau langsung berwudhu. Sahabat-sahabat lainnya pun ikut berwudhu. Nah, ini letak bijaknya Nabi Muhammad SAW. Tidak menjatuhkan siapapun, tetapi memberi teladan baik,” ucap Sholihin.
Akhlak Nabi Muhammad SAW memang mulia. Dalam kepemimpinannya jangankan terhadap umatnya, terhadap musuh saja Nabi sangat sayang, menghargai, menghormati, dan tidak menjatuhkan harga diri orang lain.
“Sebagai umat Islam, sekali lagi, dan sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW kenapa kita tidak pakai, kita tidak meneladani sifat Rasulullah yang mulia ini? Kepemimpinan di level manapun. Apalagi pemimpin di Muhammadiyah,” katanya.
Dosen AIK UMSurabaya itu memastikan, bila pemimpin negeri ini di berbagai level termasuk di Muhamamdiyah sudah meneladani Rasulullah dalam memimpin maka apa bangsa dan negara ini akan damai, rukun, dan sejuk.
“Maka apa yang kita sebut Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur (sebuah negeri yang aman, damai, makmur yang menjadi impian semua umat) akan tercapai. Karena pemimpinnya bijak dan beradab. Tidak saling cela, tidak menjatuhkan, dan tidak menggunting dalam lipatan,” tegas ayah tiga anak itu.
Terakhir, Sholihin berpesan agar pemimpin tidak lari dari masalah. Sebab masalah sama dengan peluang. “Sebesar apapun masalah yang dihadapi maka sebesar itu pula peluang yang akan kita dapatkan seseorang. Innama’al ‘usri yusra (Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan). Jadi jangan takut menghadapi masalah,” tandasnya. (mul)