Tuesday, February 11, 2025
spot_imgspot_img
HomeMUDIPAT TODAYTernyata di Singapura Orang Tua yang Tidak Menyekolahkan Anaknya Diancam Hukuman Penjara

Ternyata di Singapura Orang Tua yang Tidak Menyekolahkan Anaknya Diancam Hukuman Penjara

MUCIPAT.CO – Para orang tua di Singapura yang abai pada pendidikan putra-putrinya siap-siap mendekam di balik jeruji besi. Sebab, ada sanksi hukuman penjara dari negara bagi orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya di waktu yang ditentukan.

Demikian dikatakan Mr Tarmizi Lc, Director of Irsyad Trust Limited Singapore pada kuliah umum The 2nd Access (Academic Enligtening Session) yang digelar SD Muhammadiiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) di Auditorium Prof Din Syamsuddin TMB Lt. 4, Rabu malam (31/10/2018). Acara tersebut diikuti seluruh guru dan karyawan Mudipat dan peserta tamu dari SDM 29 Surabaya dan SDM 2 Sidoarjo.

Tarmizi mengatakan, kualitas pendidikan di negera Singapura memang utama. Sebab Singapura konsen pada pembangunan sumber daya manusia. Awal sekolah minimal usia enam tahun di level SD. Selanjutnya menempuh pindidikan selama empat atau lima tahun sebelum ke jenejang universitas.

“Selanjutnya (menenpuh pendidikan) collage yang lebih mengarah kepada akademik atau poltek ke skill,” terangnya.

Memang diakui Tarmizi sistem pendidikan Singapura secara umum berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan.

Budget education negara kami terbesar kedua dari negara. Visi pemerintah sangat jelas tentang pendidikan,” tuturnya.

Misalnya, di level SD visi pendidikan sudah tegas, untuk membedakan suatu yang baik dan buruk. Kemudian visi di level secondary yaitu siswa bisa berintergritas.

“Sedangkan di university mereka (mahasiswa) harus berani dan berkeyakinan tinggi menyuarakan pendapat,” ujar jebolan Al-Azhar Kairo itu.

Ditambahkan, Lee Kuan Yew-lah yang pertama kali menekankan pentingnya mengutamakan pendidikan di Singapura itu. Dikatakan, Perdana Menteri Singapura (1959–1990) ini menekankan betapa pentingnya berdwibahasa dalam pembelajaran di sekolah.

“Di Singapura wajib menguasai dwibahasa. Berbahasa Inggris dan Tongue language-nya,” kata Tarmizi.

“Sebaikanya sekolah ini (Mudipat) menggunakan Bahasa Inggris dari datang sampai pukul 10 untuk seluruh guru,” saran Tarmizi disambut tepuk tangan seisi auditorium.

Selain itu, dikisahkan di Singapura toko buku selalu ramai dan bukunya laris terjual. Artinya minat baca warganya sangat tinggi.

“Karena pendidikan di sekolah dan di rumah berjalan beriringan. Di rumah orang tua mendukung pembelajaran,” jelasnya.

Acara berlangsung hikmat. Narasumber cukup memukau para peserta. Di sesi dialog beberapa pertanyaan seputar kualitas pendidikan di Singapura dilontarkan penanya. Acara tersebut dibuka oleh Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya Dr M Ridwan MPd. (erfin/mul)

RELATED ARTICLES

Most Popular