MUDIPAT.CO – Media pembelajaran Labirin Kotaseru menjadi daya tarik pengunjung pameran literasi SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Surabaya. Pameran yang bertajuk Showcase Literasi Mandiri diselenggarakan oleh Forum Silaturahmi Kepala Sekolah Muhammadiyah (Foskam) SD/MI se- Kota Surabaya di Royal Plaza Surabaya, Sabtu (11/3/2023).
Showcase yang diikuti 27 SD/MI Muhammadiyah se-Kota Surabaya ini mengharuskan setiap sekolah untuk dapat memamekan media pembelajaran literasi, foto sebelum dan sesudah kegiatan literasi, hasil karya siswa, big book, dan karya literasi lain yang menarik.

SD Mudipat berpartisipasi dengan memamerkan beberapa media pembelajaran literasi, antara lain mini book, audio big book, pop up big Book, dan buku karya siswa dan guru. Media pembelajaran tersebut seperti Labirin Koma, Titik, Tanda Tanya, dan Tanda Seru (Labirin Kotaseru), Ular Tangga Ceria (Cerdas Literasi), papan Amerta, media papan persamaan kata, media Literasi Putar Angka.
Meski letak stand SD Mudipat paling pojok belakang, namun tidak pernah sepi pengunjung. Media yang paling menarik pengunjung stand adalah Labirin Kotaseru. Hampir semua pengunjung yang mampir ke stand pameran tertaik untuk ikut memainkan media ini. Akronim dari Kotaseru adalah Koma, Titik, Tanda Tanya, dan Tanda Seru. Media ini merupakan media tentang mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas II topik Tanda Baca.
Ikrimatuz Zulfa, S.Pd., Koordinator Kelas II, mengatakan media ini sangat menarik dan menyenangkan. Siswa dapat bermain sambil belajar. Media ini berbentuk papan persegi panjang yang diberi sekat-sekat serupa labirin, terbuat dari kardus, impraboard, dan stik es krim. Pada media labirin tersebut terdapat beberapa lubang dengan berbagai warna. “Selain itu, juga ditambahkan berbagai macam warna dan lampu agar lebih menarik,”ungkapnya.
Ia menambahkan selain bahan pembuatan media yang mudah didapat dan familiar dengan dunia anak-anak, cara memainkannya juga sangat menyenangkan. Adapun cara memainkannya, setiap siswa mengambil satu kelereng kemudian mulai menggelindingkan dari tanda start. Apabila kelereng jatuh pada lubang, maka siswa tersebut akan mengambil dan menjawab pertanyaan pada cup warna yang sama sesuai dengan warna lubang.
“Apabila siswa bisa menjawab pertanyaan dengan benar, ia bisa melanjutkan permainan kembali. Setiap siswa hanya diberi dua kali kesempatan. Apabila dua kali kelerengnya masuk lubang dan dua kali tidak bisa menjawab dengan benar maka dikatakan gagal,” terangnya.
Wali Kelas II-I Osaka ini menambahkan model pertanyaan media ini ada dua. Pertama disediakan beberapa kalimat, siswa menebak kalimat tersebut menggunakan tanda baca apa (koma, titik, tanda tanya atau tanda seru). Kedua, disediakan empat tanda baca kemudian siswa membuat kalimat sesuai tanda baca yang diperoleh.
Mudipat juga menampilkan pertunjukkan wayang dengan dalang Aqeela Shahmina dan Jehanara Aliya, keduanya siswi Kelas III-H Nicosia. Dua dalang cilik itu menampilkan cerita wayang dengan judul Kejujuran Dua Sejoli. (Muhimmatul Azizah)