MUDIPAT.CO – “Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 55]. Demikian terjemahan dari hadist Arbai’n An Nawawiyah yang ke-7 yang dikupas pada kajian kali ini, Jumat (24/2/2023).
Kajian yang diikuti guru dan karyawan SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) ini diasuh oleh Ustadz Drs. H. Ahmad Barir, M.Si. Ia menjabarkan bahwa hadits arbain ketujuh ini berbicara tentang agama adalah nasihat. Lebih lanjut Ustadz Barir menegaskan kalimat addinun nashihah diucapkan oleh Rasulullah sebanyak tiga kali. Hal ini menandakan betapa penting dan kuatnya hal tersebut.
Menurut penjelasan Ustadz Barir, kata Ad-diin yang dimaksud adalah diin dengan artian agama. Ad Din sendiri memiliki dua arti, yaitu amalan dan balasan. Amalan berarti mengikhlaskan sesuatu. Sedangkan balasan seperti pada Surat Al Fatihah ayat 4 ‘maaliki yaumiddiin’ (Yang Menguasai Hari Pembalasan).
“Lalu untuk siapa nasihat itu?” ia melanjutkan. Nasihat tersebut bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya. Nasihat bagi Allah mencakup dua hal. Pertama, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah. Kedua, mengakui ke-Esaan Allah dalam rububiyah, uluhiyyah, juga dalam nama dan sifat-Nya.
Sedangkan nasihat bagi kitab Allah mencakup, menjaganya dari yang menyelewengkan dan mengubah maknanya, membenarkan apa yang telah disampaikan rasul secara pasti tanpa keraguan, melaksanakan yang diperintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah dan rasul. “Jika kita tidak bisa melakukan atau tidak mau berarti belum termasuk orang yang ikhlas,” tegasnya.
Sementara nasihat untuk rasul mencakup, hanya mengikuti Nabi Muhammad, ittiba’ kepadanya dan mengikuti setiap tuntunannya. “Apa yang disampaikan harus kita ikuti dan taati,” ungkapnya.
Nah, nasihat bagi pemimpin kaum muslimin ini Ustadz Barir memiliki pandangan yang berbeda. Ia mengatakan pemimpin itu bukan hanya seperti Presiden. Namun, kita sebagai pendidik pun bisa dikatakan pemimpin.
“Sebab apa yang kita ucapkan dan lakukan akan dianut dan ditiru oleh anak didik kita. Oleh karena itu, jika kita menyampaikan suatu kebaikan atau kebenaran, maka berikan yang terbaik. Bukan hanya baik menurut versi kita, namun baik menurut Allah,” jelasnya. (Muhimmatul Azizah)