Sunday, November 10, 2024
spot_imgspot_img
HomeMUDIPAT TODAYGerhana itu Kuasa Allah, bukan karena Dimakan Buto Ijo

Gerhana itu Kuasa Allah, bukan karena Dimakan Buto Ijo

MUDIPAT.CO – Terjadinya gerhana merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah. Sebagaimana terjadinya siang-malam dan adanya matahari-bulan.

Demikian penegasan yang disampaikan oleh Ustadz Luqman Nuryadin SPdI pada khutbah usai melaksanakan shalat gerhana bulan, Selasa (8/11/2022). Shalat gerhana ini dilaksanakan di masjid KH. Ahmad Dahlan yang diikuti oleh suluh guru, karyawan, dan sebagian siswa.

Ustadz Luqman, panggilan akrbanya melanjutkan hal itu sesuai dengan firman Allah dalam Surat Fushilat ayat 37, “Wa min aayatihil-lailu wan-nahaaru wasy-syamsu wal-qamar, laa tasjudụ lisy-syamsi wa laa lil-qamari wasjudụ lillahilladzi khalaqahunna in kuntum iyyaahu ta’budụn.” Artinya, dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya. Jika Ialah yang kamu hendak sembah.

Kepala Departemen Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) ini juga menyampaikan ada banyak anggapan manusia mengenai terjadinya gerhana. Ada manusia menganggap peristiwa ini sebagai fenomena alam biasa. Gerhana terjadi karena terhalanginya cahaya matahari oleh bumi sehingga tidak semuanya sampai ke bulan.

“Anggapan orang Jawa berbeda lagi. Orang Jawa meyakini gerhana terjadi karena bulan atau matahari dimakan oleh sosok makhluk, yakni buto ijo,” paparnya.

Ia menambahkan, sementara pada zaman kehidupan Rasulullah pun berbeda lagi. Terjadinya gerhana bertepatan dengan wafatnya putra nabi, Ibrahim. Gerhana matahari yang bertepatan dengan hari kematian Ibrahim sempat dimaknai dengan hal-hal yang tidak masuk akal oleh masyarakat kala itu. Akhirnya orang-orang mengaitkan gerhana matahari itu dengan kematian putra Nabi.

Karena menyaksikan bagaimana masyarakat kala itu mengaitkan fenomena alam dengan kematian anaknya, Nabi pun bersabda: “Inna syamsya wal-qamara aayataani min aayaatillah. La yakhsyifani li mauti ahadin wa laa li hayatih. Fa idza ra-aitumuu huma fad-u illaha wa shallu.” Yang artinya“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Tidaklah matahari dan bulan itu berkaitan dengan kematian ataupun kehidupan seseorang. Jika kalian menyaksikan kedua gerhana itu, maka sebutlah nama Allah dan dirikanlah shalat.”

“Oleh karena itu jika kita melihat gerhana, maka harus banyak beristighfar dan melaksanakan shalat gerhana,”ujarnya. (Azizah)

RELATED ARTICLES

Most Popular