MUDIPAT.CO – Akhir pekan kemarin (17-18/10/2021) siswa-siswi kelas IV-I Cape Town melakukan tugas wawancara mata pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa-siswi dibagi menjadi 5 kelompok belajar. Masing-masing kelompok terdiri atas 4-5 anak. Setelah terbentuk kelompok, mereka menentukan ketua kelompok dan berbagi tugas membuat pertanyaan untuk bahan wawancara. Mereka pun memilih materi wawancara sesuai passion masing-masing. Ada yang tertarik untuk belajar tentang hewan dan ada pula yang memiliki ketertarikan tentang tanaman sesuai dengan materi pekan itu.
Ustadzah Alviani, guru pengampu Bahasa Indonesia, menyiapkan narasumber tentang hewan dan tumbuhan. Kemudian memberikan nomor kontak narasumber kepada ketua kelompok. Mereka diberi kesempatan untuk menghubungi narasumber secara mandiri dan melakukan wawancara secara berkelompok. Senin sore (18/10/2021) setiap kelompok mempresentasikan laporan wawancara yang mereka susun setelah melakukan wawancara.

Kelompok 1 beranggotakan Arditto, Zidan, Cinta, Fira, dan Brietta. Mereka mewawancarai Pak Zuhdi peternak lele. Ditto sebagai ketua kelompok menjelaskan cara dan kendala merawat lele. “Ternyata merawat lele harus memperhatikan kualitas air dan ukurannya. Karena lele adalah kanibal yang bisa makan temannya. Sehingga kalau ukurannya lebih besar dari temannya, ia harus dipindah ke tempat lainnya,” tandasnya. Anggota kelompok lain menyebutkan betapa deg-degannya menghadapi orang baru. “Deg-dengan, Us. Tapi menyenangkan,” jawab mereka saat ditanya pengalamn mewawancarai narasumber asing.
Kelompok 2 yang diketuai oleh Kiara dengan anggota Kia, Victoria, dan Carissa mendapat tugas berwawancara dengan Ustadzah Ratna penggandrung tanaman obat. Kiara menjelaskan contoh tanaman obat-obatan, cara merawat dan mengolahnya sebagaimana yang narasumber jelaskan. “Ternyata tanaman favorit Ustadzah Ratna adalah lidah buaya karena bisa dipakai perawatan rambut, lo,” terang anak pertama dari 2 bersaudara itu.
Sedangkan kelompok 3 yang terdiri atas Dilan, Arfa, Raya, dan Aphrudith mewawancarai kolektor kaktus asal Yogyakarta. “Ternyata merawat kaktus beda dengan tanaman lainnya. Tak boleh sering disiram. Sekitar seminggu sampai dua minggu sekali, Us,” jelas Dilan ketua kelompok 3. Ia pun menjelaskan bahwa tanaman yang paling unik dan paling sulit ditanam adalah janda bolong. “Aku baru tahu us. Lucu ya namanya,” terusnya sambil tersenyum.
Kelompok 4 yang digawangi oleh Rayyan dengan anggota Pasya, Alysha, Nafeesha, dan Sofia mendapat tugas mewawancarai peternak lovebird. Mereka sangat tertarik akan bentuk dan warna burung itu dan senang sekali berkesempatan berwawancara dengan Kak Ilham. “Ternyata lovebird tidak bisa hidup tanpa pasangan, lo. Makanya namanya lovebird, hehe,” jelas Rayyan terkekeh. Anak semata wayang itu pun menerangkan bahwa lovebird yang baru lahir hanya memiliki bulu halus berwarna abu-abu. Barulah setelah beberapa bulan akan muncul bulu warna-warni yang sangat indah. Anggota lainnya pun menambahkan bahwa ini pengalaman pertama mereka menghubungi dan mewawancarai orang asing yang sebelumnya belum dikenal.

Anggota kelompok 5 Azka, Abrisam, Kenzie, Azarine, dan Aurel mendapat kesempatan mewawancarai petani semangka. Ia menjelaskan informasi yang didapat dari narasumber dari menanam sampai memanen. “Prosesnya cuman selama 2 bulan dari nanem sampai manen, lo. Cepet ya,” terangnya heran.
Ustadzah Alviani menjelaskan betapa pentingnya memberikan pengalaman baru untuk siswa. “Jika biasanya mewawancarai orang tua, saudara, atau teman, kini anak-anak diberi kesempatan untuk menemui narasumber asing agar mereka mendapat pengalaman baru yang berharga. Mereka akan belajar bagaimana bekerja sama, bertemu orang baru, hingga menumbuhkan rasa percaya diri. (erfin)