MUDIPAT.CO – “Menulis feature adalah bercerita, mirip cerpen tapi berdasarkan fakta. Menulis feature tidak boleh berasumsi, harus berdasarkan fakta.”
Demikian disampaikan M. Ilham Butsiyanto, saat memberi materi teknik menulis feature di hadapan para peserta Pelatihan Menulis, di Auditorium Prof. Din Syamsuddin SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya atau Mudipat, Sabtu (30/1/2021). Acara bertema “Menulis dengan Rasa” itu diikuti seluruh kru majalah Arba’a.
Pelatihan tersebut digelar oleh Majalah Arba’a Mudipat dengan menerapkan protokol kesehatan yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Pelatihan diikuti pengurus Majalah Arba’a dan perwakilan guru. Acara berlangsung dengan sersan (serius tapi santai) selama kurang lebih lima jam. Ilham memaparkan secara panjang lebar tentang tulisan feature
Sedikitnya 33 peserta menyimak pemaparan tersebut dengan seksama. Menurut Ilham, menulis feature harus bisa menggambarkan suasana, perasaan. “Setia pada fakta, tinggal bagaimana mendeskripsikan,” kata Ilham, panggilan akrabnya
“Feature berbeda dengan hard news, tidak harus berpatokan piramida terbalik. Feature ini akan memberikan pengalaman pada pembaca. Makanya, sebelum menulis feature, perlu persiapan, perencanaan, dan riset,” kata Ilham
Lebih lanjut dikatakan, penulis tidak boleh berasusmsi. “Jika ingin menyampaikan bahwa pesta itu meriah, tuliskan saja suasana yang terjadi. Seperti anak-anak yang sedang berlarian,” lanjut alumnus Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.
“Gambarannya seperti ini, saat saya liputan bola di Brasil, yang saya tuliskan adalah bagaimana cara saya mencapai stadion bola, naik apa, apa yang saya lihat dan lewati, dan seterusnya. Sehingga, pembaca pun merasa berada di tempat yang sama dengan penulisnya,” ujar mantan wartawan olah raga itu diikuti anggukan para peserta seakan menyetujui pernyataannya.
Menurutnya, penulisan features berbeda dengan hard news. “Penulisan features tidak akan pernah basi, tak seperti hard news,” tandasnya. Ia juga menunjukkan beberapa contoh hasil liputannya yang kebanyakan berbentuk features sambil menyelingi dengan penjelasan.
Setelah penjelasan dan sharing tulisan selama 90 menit, kru Arba’a diajak untuk praktik menulis langsung. Tulisan tersebut kemudian dikoreksi bersama untuk memoles hasil tulisan lebih menarik dan dinikmati pembaca. (anang/erfin)