MUDIPAT.CO – Kajian tafsir kali ini adalah mengulas tentang Surat Al Anfal ayat 50-53, Jumat (5/4/19). Dalam kajian ini Ustadz Dr. HM Sholihin SAg MPSDM menjelaskan jika ada perbedaan perlakukan yang dilakukan oleh malaikat pencabut nyawa-Izrail, saat akan mencabut nyawa antara orang yang beriman dan kafir. Perbedaan itu antara lain jika Izrail saat akan mencabut nyawa orang kafir dengan marah, dengan memukul muka dan belakang mereka. Sementara jika akan mencabut nyawa orang beriman, akan diperlihatkan amalan kebaikan dan akan dikatakan kepadanya bahwa nikmat Allah akan datang.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa setiap manusia akan mempertanggung jawabkan apa-apa yang telah diperbuatnya. Barangsiapa yang melakukan kebaikan, maka ia akan mendapat nikmat. Namun sebaliknya barangsiapa yang melakukan dosa, maka akan mendapat siksa. “Tidak ada orang yang memikul dosa orang lain. Di dalam Islam tidak ada dosa warisan. Masing-masing akan bertanggung jawab di hadapan Allah sendiri-sendiri,” tegasnya.
Kemudian di dalam ayat 53, Allah menggambarkan jika orang kafir dalam menghadapi kematian akan sama dengan yang dialami oleh Firaun, yaitu ditenggelamkan di dalam lautan. Orang yang beriman akan mendapat kemudahan sedangkan orang kafir mendapat gambaran yang mengerikan. Disebabkan mereka mengirkari kebenaran Allah.
Padahal, menurut Kepala Sekolah SD Mudipat (2005-2015) ini manusia itu sudah dibekali lima hal oleh Allah untuk mengetahui kebenaran. Yang pertama manusia diberi akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia bisa membedakan yang salah dan benar.
Kedua, manusia diberi hati nurani. Hati manusia tidak pernah berbohong. Jika antara ucapan dan hatinya berbeda berarti mereka termasuk orang munafik. Sementara yang ketiga adalah kitab suci. Kitab suci berisi ajaran tentang mengesakan Allah (tauhid), mengajak manusia untuk menyembah Allah dan sebagai pedoman hidup.
Sedangkan yang keempat adalah Nabi. Setiap umat memiliki Nabi, yang bertugas membimbing umat untuk menyembah Allah dan menjauhi kesyirikan.Yang terakhir adalah hidayah/petunjuk. Petunjuk itu adalah hak prerogatif Allah, karena itu harus diminta. sebab sewaktu-waktu Allah bisa saja mencabut hidayah tersebut, jika menghendaki.
Terakhir ia berpesan bahwa kita harus selalu mengingat kematian dan mempersiapkan bekal sebaik-baiknya. Semakin kita mengingat kematian, maka akan semakin dekat dengan Allah.
Ihdinash shiroothol mustaqiim. (azizah)