Bumi yang kita tinggali terdiri lempengan-lempengan yang padat dan tidak beraturan. Lempeng-lempeng tersebut bergerak sangat lambat selama berjuta-juta tahun. Ketika lempeng tersebut bergesekan satu sama lain, maka terjadi gempa bumi.
Hal itu dijelaskan Maitsa Putri Shafa dalam kegiatan Sekolah Cerdas Simulasi Evakuasi Bencana (Ceria Damai dan Siaga Bencana) pada Rabu (5/12/2018) di Auditorium TMB SD Muhammadiyah 4 Surabaya atau Mudipat.
Acara diselenggarakan oleh MDMC bekerjasama dengan Lazismu dan Peace Generation Indonesia. Diikuti 30 perwakilan siswa kelas 5 yang tergabung dalam Cleanliness Volunter.
Maitsa menjelaskan, ketika terjadi gempa bumi dan anak-anak sedang berada di kelas, tindakan yang harus dilakukan adalah tetap tenang, mencari sudut aman di dalam ruang kelas, misalnya di bawah meja.
“Perlu diingat, jangan berlindung di bawah jendela dan menjauhlah dari perabot atau peralatan yang tinggi dan berat,” tambahnya.
“Saat guncangan berhenti, keluarlah dari ruang kelas dan bergeraklah menuju tempat terbuka,” katanya.
Jika terjadi bencana banjir, dia melanjutkan, yang harus dilakukan adalah membawa perlengkapan darurat, mengamankan dokumen-dokumen penting, dan bergerak menuju tempat yang lebih tinggi.
“Hati-hati, hindari berjalan di dekat saluran air atau lokasi yang berarus deras agar terhindar dari seretan arus banjir,” tambahnya.
Setelah pemaparan tentang evakusi bencana, relawan dari PMI kota Surabaya, Ninawati memberikan materi tentang Bantuan Dasar Hidup.
“Bantuan Hidup Dasar adalah serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti nafas dan atau henti jantung (cardiac arrest),” jelas Ninawati
“Jika ada teman kalian jatuh pingsan, harus dibawa ke tempat dingin. Hindarkan dari kerumunan agar oksigen bisa seluasa masuk. Kaki ditinggikan untuk memperlancar peredaran darah ke otak,” terangnya. (Anang)