Wednesday, January 15, 2025
spot_imgspot_img
HomeMUDIPAT TODAYWakil Ketua PWM Jatim Dr Sholihin Menguak 3 Konsekuensi Orang yang Bersyahadat

Wakil Ketua PWM Jatim Dr Sholihin Menguak 3 Konsekuensi Orang yang Bersyahadat

MUDIPAT.CO – Surat Al Maidah ayat 70 menjadi ulasan dalam kajian tafsir yang rutin diselenggarakan oleh SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Surabaya, Jumat (26/7/2024). Kajian untuk guru dan karyawan ini diasuh oleh Dr.H.M.Sholihin, S.Ag.MPSDM, dan bertempat di Masjid KH.Ahmad Dahlan, masjid sekolah.

Mengawali kajian, Ustadz Sholhin, panggilan akrabnya membacakan bunyi ayat dan terjemahnya terlebih dahulu. Berikut terjemahan dari ayat 10, “Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap rasul datang kepada mereka dengan membawa apa yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, (maka) sebagian (dari rasul itu) mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh”.

Ustadz Sholihin menjabarkan Allah telah membuat perjanjian dengan Bani Israil. Sesungguhnya, ia melanjutkan, perjanjian Allah tersebut bukan hanya dengan Bani Israil saja, namun juga untuk semua manusia yang terlahir di bumi. Perjanjian ini merupakan perjanjian yang kuat, mitsaqan ghalidhan. Yaitu, perjanjian beriman kepada Allah dan rasul-rasul Allah.

Lebih lanjut, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini menjelaskan wujud dari perjanjian tersebut di dunia adalah ‘iyyakana’budu wa iyyaka nasta’in dan ‘asyhadu alla ilaaha illallah wa asyahadu anna muhammadar rasulullah’. “hal ini berarti setiap manusia bersaksi dan mengakui bahwa hanya Allah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah serta Nabi Muhammad adalah rasul utusanya. Bersungguh-sungguh hanya beribadah kepada Allah dan meminta pertolongan hanya kepada-Nya,” ungkapnya.

Menurutnya, setiap manusia yang mengucapkan syahadat memiliki tiga konsekuensi. Pertama, hatinya selalu terkoneksi dengan Allah. Mereka selalu tunduk patuh hanya pada perintah Allah. Kedua, selalu peduli atau memihak pada nilai-nilai kebenaran. “Yang dibela selalu yang benar. Yang dicari kebenaran, bukan hal-hal yang dibenci Allah,” ucapnya.

Ketiga, selalu peduli dan kasih sayang pada sesama, tidak tebang pilih. “Termasuk menjadi guru harus memiliki sifat kasih sayang terhada sesama,” tegasnya. Ia pun menjabarkan ada tiga sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu ‘mahabbah’. Artinya mencintai dan dicintai oleh siswa, guru, maupun keluarga. ‘Mujahadah’, artinya bersungguh-sungguh. “Seperti bersungguh-sungguh dalam mengajar, menambah ilmu pengetahuan, dan juga bisa dipercaya,” paparnya.

Sifat yang harus dimiliki guru berikutnya adalah ‘muqarrabah’, artinya dekat. Akrab dengan siapa saja. Tidak pilih-pilih teman dan hatinya selalu dekat dengan nilai-nilai kebaikan. Terakhir adalah ‘muarafah’, artinya paham. Guru harus mengerti keadaan, peka dengan situasi dan keadaan di sekitarnya.

Oleh karena itu menurutnya, memegang teguh perjanjian dengan Allah dapat dilakukan dengan banyak melakukan kebaikan-kebaikan. Sebab Allah hanya akan menerima amal yang sebaik-baiknya, ‘ahsanu ‘amala’. (Azizah)

RELATED ARTICLES

Most Popular