MUDIPAT.CO – “Kita harus ikhtiar dalam membuat perubahan. Jika kita tidak mensyiarkan kebaikan-kebaikan yang dimiliki maka sulit untuk orang di luar sana mengetahui kebaikan-kebaikan yang ada sekolah kita.”
Demikian pengantar dari motivator Ali Audah, S.Pd, M.A (Branding Communicator Coach) saat Recharging bertajuk School Branding & Marketing diselenggarakan di SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang Surabaya, Rabu (3/7/2024).
Kegiatan berlangsung di Auditorium TMB lt.4 diikuti 170 peserta dari dalam dan luar Mudipat. Yakni dari Malang, Pare Kediri, Lamongan, Nganjuk, Bangkalan, Sidoarjo, dan Surabaya.
Coach Ali, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa kita harus menyebarkan dan membagikan kebaikan tersebut kepada masyarakat bukan hanya untuk menambah murid saja namun untuk memberikan informasi serta membantu sekolah untuk memecahkan suatu masalah yang ada di Sekolah.
Selanjutnya Kita harus jadi Marketer atau brand communicator untuk mempromosikan sekolah. Karena biasanya Tim PPDB di sekolah sering melakukan selling bukan branding. Contoh kegiatan selling yaitu penyebaran brosur. Sehingga kita tidak boleh fokus ke selling saja tapi pada marketing.
Kita harus jadi Marketer atau brand communicator untuk mempromosikan sekolah. Yang mana ada beberapa pertanyaan untuk branding yaitu dimulai dari kata “Why” contohnya yaitu mengapa masyarakat menyukai sekolah kita? Lalu “Apa” Apa yang akan kita janjikan kepada publik?
Ia pun menjelaskan dengan detail perbedaan antara marketing, selling dan Branding. Lalu, peserta recharging dibentuk dalam 10 kelompok dengan masing-masing instruktur yang sudah ditetapkan. Setiap kelompok mendiskusikan terkait Tahapan pada Branding, selling dan marketing yang harus dilakukan oleh sekolah.
Setiap kelompok terdiri dari beberapa sekolah Muhammadiyah di Surabaya dan luar Surabaya. Kemudian, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Persentasi dipaparkan oleh setiap kelompok sangat menarik dengan diiringi yel-yel masing-masing kelompok.
“Kita berdiskusi untuk berbagi. Kita adalah humas dan Humas adalah kita.” Ucap Ustadzah Ika salah satu anggota kelompok yang persentasi.
Selanjutnya setelah pemaparan hasil diskusi kelompok, coach Ali memberikan penjelasan lebih lanjut.
“Sebagian besar kebanyakan Tim PPDB itu sampai purchase saja. Sehingga seharusnya ada Tim khusus yang memantau PPDB. Penting memberi pengalaman yang baik. Ketika kita mau memasarkan sekolah kita, goal kita adalah berhasil. Kerjaan branding itu melihat kebaikan yang bisa dilihat orang lain.” Terangnya
Materi selanjutnya yaitu tentang Era sekolah. Pertama School 1.0 (sekolah Era kolonial dan pos kolonial), paradigmanya yaitu Behavioralisme dan kompetensi nya yaitu kedisiplinan dan peneguhan. Lalu, School 2.0 (sekolah era modern) paradigmanya yaitu kognitivismenya dan kompetensinya yaitu hafalan dan analisa.
Kemudian, School 3.0 (sekolah era globalisasi) paradigmanya yaitu konstruktivisme, kompetensinya yaitu kemandirian dan kolaborasi. Terakhir, School 4.0 (Sekolah era digitalisasi) paradigmanya yaitu konektivisme dan kompetensinya yaitu jejaring informasi dan konten kreasi. Yang mana ada dua bangunan sekolah yaitu bangunan fisik dan bangunan jiwa.
Untuk sekolah yang tidak mempunyai cukup biaya dalam membangun fisik sekolah, maka bisa untuk membangun jiwa terlebih dahulu. Dengan membangun karakter siswa dan guru yang lebih baik dahulu, maka nantinya akan terbentuk core value dan bisa membangun fisik sekolah.
Diakhir sesi beliau menutup dengan menyuguhkan sebuah petuah. “Jangan takut bermimpi untuk menjadi yang terbaik, Takutlah menjadi yang terburuk” Tuturnya.
Kegiatan recharging ini berlangsung lancar dan disambut antusias oleh peserta recharging.
“Alhamdulillah saya sangat bersyukur diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan kali ini, Semoga kami bisa mendesiminaisikan hasil dari kegiatan ini untuk sekolah ini, Ilmu yang sangat penting ini semoga bermanfaat untuk kita semua” Bu Niayah dari Paciran. (Pega)