MUDIPAT.CO – Kajian tafsir kali ini berbeda dari biasanya. Jika biasanya tafsir tentang suatu ayat, namun kali mengupas tentang hal-hal yang berkenaan dengan puasa Ramadhan. Seperti sebelum-sebelumnya, kajian untuk guru dan karyawan SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Surabaya ini diasuh oleh Dr.H. M. Sholihin, S.Ag. MPSDM, Jumat (10/3/2023).
Ustadz Sholihin-panggilan akrabnya menyampaikan informasi awal puasa tidak ada perbedaan antara Muhammadiyah dan pemerintah. Namun kemungkinan Hari Raya Idul Fitri (1 syawal) berbeda. Ia menegaskan sebagai orang Muhammadiyah harus mengikuti keputusan yang sudah ditetapkan oleh Muhammadiyah.
“Jangan sampai kita bekerja di Muhammadiyah, jadi guru di Muhammadiyah tapi tidak mau mengikuti keputusan Muhammadiyah,” pesannya.
Ia pun menambahkan ada empat bekal yang harus disiapkan dalam menyambut bulan puasa bagi umat Islam, dimana tahun ini puasa akan dilakukan tiga belas hari lagi. Empat bekal tersebut antara lain, pertama adalah ilmu. Menurutnya orang berpuasa harus membekali dirinya dengan ilmu tentang puasa. Termasuk syarat puasa, amalan sunah dan amalan wajib puasa, makna puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan puasa.
Lebih lanjut Ustadz Sholihin menjelaskan yang tidak kalah penting adalah tahu tentang hakikat puasa. Ia mengutip pendapat Al Ghazali, hakikat puasa itu adalah tazkiyatun nafs, yakni membersihkan jiwa.” Mengapa hati harus dibersihkan? Sebab hati itu bisa berkarat, yang disebabkan kemaksiatan (perbuatan) dan sifat-sifat yang jelek manusia,” ungkapnya.
Oleh karena itu menurutnya hati yang kotor itu ada dua cirinya, yaitu malas beribadah/malas beramal shalih dan lebih condong pada hal-hal yang tidak baik/ tidak manfaat. “Nah, jika kita dengar adzan malas segera shalat, maka hati-hati,” ucapnya.
Bekal kedua adalah amal shalih. Ia berpesan amal shalih mulai sekarang harus dipersiapkan dan dirancang. Seperti, nanti aku mau khatam Alquran berapa kali, nanti mau i’tikaf mulai malam 21 sampai akhir Ramadhan, nanti mau beri bantuan ke panti asuhan, dan masih banyak lagi. Amal shalih ini bisa dilakukan dengan berjamaah. “Jangan sampai saat puasa belum siap apa-apa,” ujarnya.
Bekal ketiga adalah amar ma’ ruf nahi munkar. Yakni mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran. Hal penting dari amar ma’ ruf nahi munkar ini adalah mengubah diri masing-masing menjadi lebih baik dari sebelumnya. Contoh dari amar ma’ ruf nahi munkar termasuk saling bermaaf-maafan.
Ia pun mencuplik sebuah hadist suatu waktu sahabat melihat Rasulullah mengucapkan amin hingga tiga kali usai shalat Idul Fitri. “Amin. Amin. Amin.” Tentu saja hal itu membuat heran sahabat. Sebab sebelum Nabi Muhammad SAW tak sedang berdoa. Akhirnya sahabat bertanya. “Ada apa ya Rasul, kenapa engkau mengucapkan amin hingga tiga kali?”
Saat ditanya oleh sahabat, ternyata sehabis shalat malaikat Jibril datang dan berdoa di telinga Rasulullah. Doa tersebut berisi, “Ya Allah janganlah engkau terima amal ibadah Ramadan anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Yang kedua, janganlah engkau terima amal ibadah Ramadan muslim yang tidak mau memaafkan sesama muslim. Yang ketiga, janganlah engkau terima amal ibadah Ramadan istri yang durhaka kepada suaminya.”
Sedangkan bekal keempat adalah sabar. Puasa itu selain menahan makan dan minum juga melatih dan menguji kesabaran. (Muhimmatul Azizah)