MUDIPAT.CO – RIAS atau Restorasi Ibadah dan Akhlak Anak Shalih untuk siswa kelas 5 SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) mendapatkan materi luar biasa, Jum’at (19/3/2021). Yaitu acara bertajuk Literasi Digital untuk Anak bertema “Anak Hebat Cerdas Bermedsos”. Kegiatan yang berlangsung via Zoom diikuti 207 peserta itu diisi oleh Ismail Fahmi PhD, Founder Drone Emprit.
Ismail mengatakan, saat ini semua orang yang bersentuhan dengan gadget atau HP mereka disebut digital citizen atau warga digital. Termasuk anak SD, juga disebut digital citizen. Maka sebagai digital citizen harus banyak belajar tentang baik buruknya dunia digital, agar terhindar dari banyak mudaratnya.
“Kalau di dunia luar kalian bersepeda motoran harus pakai helm, pakai sim, dll, biar aman, nah di dalam bermedsos kalian biar aman juga harus belajar literasi digital,” jelasnya.

Lebih lanjut disampaikan, pada zaman sekarang ini, termasuk masa pandemi covid-19, tidak boleh anak-anak sibuk terus dengan HP-nya. Ada kalanya wajib keluar rumah untuk bermain bola, main sepeda, dll. Meski sedang sekolah dari rumah, tapi tidak boleh main HP terus-terusan.
“Tapi harus ada aktivitas yang lain atau mungkin gerak fisik, membantu orangtua, nyapu, cuci piring, bereskan kamar. Tak boleh berlama-lama bermain HP,” contohnya.
Ismail lantas memberikan contoh dampak buruk karena berlama-lama main HP. Bahkan mau tidur sendirian di kamar pun masih sibuk dengan HP. Itu berdampak buruk pada tumbuh kembang anak.
“Dampaknya bisa merusak memori, otak capek, Nggak bisa pinter, Terus kalau malamnya main HP nantinya pagi-paginya capek, lalu bisa depresi, capek, sedih nggak happy gitu ya dampaknya banyak. Obesitas,” tuturnya.
Lagi, warga digital harus tahu privasi. Akun tidak boleh dikasih ke orang lain. Itu sangat berbahaya hati-hati. Termasuk passwordnya tidak boleh dikasih ke orang lain. Kemudian, jangan gampang meladeni atau ngomong dengan orang yang belum pernah dikenal.
“Jadi itu harus hati-hati ada orang itu ya dia itu pura-puranya jadi anak-anak kayak om ini udah gede ya oh bisa loh bikin gambarnya itu kayak seperti kalian ambil dari internet, lalu ngomongnya jadi anak. Ngajak kalian ketmuan di mall lalu berbuat jahat.”

Solusinya adalah, bila ketemu yang demikian. Ada orang asing menyapa dan pura-pura kenal dan akrab maka harus tutup mulut. Selanjutnya kalau berlanjut mengarah ke kejahatan maka diblokir saja. Kalau terus meneror maka laporkan.
“Ada yang sok akrab mau ketemu di mall. Jangan mau. Melainkan laporkan kepada orang tua atau guru kalian,” jelasnya.
Alessandro Messi (5-C), salah satu peserta pada sesi tanya jawab menanyakan, kapan usia yang boleh mulai main sosmed (social media)? Sang narasumber menjawab dengan awalan ketawa kecil terlebih dahulu. Menurutnya, anak SD semestinya belum boleh bermain-main dengan sosmed.
“Rata-rata usia 13 tahun atau setelah kalian lulus SD baru boleh bermedsos. Sekarang kalian kelas 5 belum sesuai umur. Kenapa tidak boleh karena banyak dampak buruku. Makanya kalian harus banyak belajar tentang dunia digital ini. Pesan saya ayo jadi warga digital muslim yang sehat dan cerdas,” tutup Ismail. (mul)


