Tuesday, December 30, 2025
spot_imgspot_img
HomeMUDIPAT TODAYPerang Menghias Tumpeng antara Guru Karyawan dan Wali Murid Mudipat, Hasilnya Benar-Benar...

Perang Menghias Tumpeng antara Guru Karyawan dan Wali Murid Mudipat, Hasilnya Benar-Benar Waow!


MUDIPAT.CO- Semarak menyambut HUT ke-80 Kemerdekaan Indonesia terus meraih di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat). Lomba-lomba semakin seru, Sabtu, 16 Agustus 2025 Mudipat mengadakan lomba khusus GTK dan IKWAM yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu menghias tumpeng nasi kuning.

Suasana lapangan sekolah Mudipat dipenuhi dengan kehebohan para GTK dan IKWAM menyiapkan stand,beradu yel-yel hingga menghias nasi kuning menjadi tumpeng dengan riuh semangat para GTK dan IKWAM yang beradu kreativitas.

Terbagi dalam total 14 kelompok pada lomba Menghias Tumpeng yang terdiri dari kelompok pimpinan, kelompok AIK, kelompok wali kelas 1 hingga kelas 6, kelompok TU, kelompok koperasi, kelompok BK yang berkolaborasi dengan guru olahraga dan UKS, kelompok BTQ, kelompok kebersihan, kelompok guru seni, bahasa jawa, dan bahasa Inggris, dan terakhir ditambah kelompok IKWAM.

1 kelompok terdiri dari 5 peserta dan sisanya adalah suporter masing-masing kelompok. Beberapa aspek yang turut menjadi penilaian pada lomba kali ini adalah tumpeng terbaik, yel-yel terheboh, kostum terbaik, stand terbaik, dan tim terkompak.

Pada pukul 07.30 lomba dibuka dengan penyusunan stand milik masing masing peserta. Para peserta mulai menunjukkan kreativitasnya dengan menggunakan kostum senada untuk anggota kelompok dan mulai menghias stand dengan tema yang berbeda beda, unik, dan menunjukkan ciri khas masing-masing kelompok.

Mengutip dari beberapa kelompok mulai dari IKWAM memilih menggunakan tema berkain secara totalitas mendekor stan dengan latar hiasan menggunakan kain batik dan menggunakan kostum berkain. Untuk kelas 2 dengan tema pulau Bali dengan dekor stan ala Bali dan kostum menggunakan kebaya Bali dengan warna senada yaitu merah. Tak kalah unik kelompok kebersihan juga menggunakan tema kebersihan dengan hiasan sapu dan alat kebersihan di depan stan.

Kehebohan selanjutnya adalah penampilan yel-yel masing-masing kelompok yang beradu nada dan lirik yang unik, lucu, dan kocak sontak memecah tawa seluruh peserta yang hadir. Seperti yel-yel yang dibawakan kelompok AIK “…sat set, wat wet, mari, mangan” memecah tawa juri dan peserta yang hadir.

Tepat pada pukul 08.00 lomba utama yaitu menghias tumpeng dimulai. Tak hanya sekedar menghias, tumpeng yang mereka hias juga harus memenuhi kriteria penilaian yang ketat: kreativitas (50%), kerapian (25%), dan kebersihan (25%). Dalam 45 menit peserta diminta menyelesaikan menghias tumpeng cantik, unik, rapi, dan penuh filosofis. Disinilah kekompakan, kecepatan, dan kreativitas para peserta dipertaruhkan demi menghasilkan tumpeng terbaik mereka.

Hasil akhir dari lomba menghias tumpeng adalah tumpeng-tumpeng cantik dan unik dari masing-masing peserta. Keunikan lainnya adalah bahwa setiap tumpeng memiliki nama tersendiri seperti Tumpeng Jini milik kelompok kelas 1 yang memiliki arti “Siji Wani” dan Tumpeng Hore milik kelompok TU.

Sesi paling menegangkan adalah sesi penilaian dimana peserta harus mempresentasikan hasil karyanya juga menyebutkan arti dan filosofi dari masing-masing karya. “Kalo Ibu-ibu bergerak Mudipat pasti hebat!” ujar bunda Fatma perwakilan IKWAM mempresentasikan karyanya. “Dalam tumpeng terdapat berbagai jenis lauk yang menunjukkan perbedaan yang mana dalam berbagai perbedaan itu berisi perjuangan dan kebersamaan untuk mencapai 1 tujuan…” tutur Ustadzah Enny perwakilan dari kelompok kelas 1.

Filosofi tumpeng sendiri disampaikan dewan juri yang berasal dari catering Lumbung Padi, yaitu “..tumpeng itu harus 1 yang mana merepresentasikan mengenai persatuan dan lauknya menggambarkan berbagai perbedaan yang terletak pada bentuknya yang kerucut dibagian ujung menegrucut menunjukkan 1 tujuan..”

Lomba ini bukan hanya sekadar ajang memasak, tetapi juga momen untuk mempererat kebersamaan dan kekompakan para GTK Mudipat. Di tengah kesibukan sehari-hari, mereka bisa bersatu, berkolaborasi, dan menuangkan ide-ide cemerlang dalam sebuah hidangan tradisional.
Hasilnya, juri pun dibuat pusing. Setiap tumpeng memiliki keunikan dan nilai artistik tersendiri.

Namun, pada akhirnya pemenang harus dipilih. Selain tumpeng terbaik, ada juga kategori lain yang tak kalah seru, yaitu yel-yel terheboh, kostum terbaik, stand terbaik, hingga tim terkompak. Lomba menghias tumpeng ini menjadi bukti bahwa semangat kemerdekaan tak hanya dirayakan dengan upacara, tetapi juga bisa diwujudkan melalui seni dan kreativitas. Selamat untuk para pemenang! Dan sampai jumpa di perayaan kemerdekaan tahun depan yang tentunya akan lebih meriah lagi. (Rifda/Mul)

RELATED ARTICLES

Most Popular