MUDIPAT.CO – Sudah sepatutnya lembaga pendidikan Muhammadiyah harus one step ahead atau selangkah lebih maju.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Majelis Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan Non-Formal (Dikdasmen dan PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Didik Suhardi, ketika memberi materi dalam Recharging GTK SD Muhammadiyah 4 Surabaya (Mudipat).
Dalam kegiatan yang digelar Sabtu (12/7/2025) tersebut, Didik yang juga Staf Khusus (Stafsus) Mendikdasmen RI Bidang Manajemen dan Kelembagaan menuturkan bahwa SD Mudipat mesti menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain agar menjadi sekolah unggul. “Dalam Muktamar ke-48 di Surakarta, Muhammadiyah menargetkan tiap kabupaten/kota dan provinsi memiliki setidaknya satu sekolah Muhammadiyah yang terakreditasi unggul. Alhamdulillah, di Surabaya kita memiliki Mudipat yang bisa menjadi contoh,” ujarnya.
Staf Khusus Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI Bidang Manajemen dan Kelembagaan tersebut menegaskan bahwa SD Mudipat sepatutnya bisa direkomendasikan untuk dikloning di daerah lain. “SD Muhammadiyah 4 Surabaya sudah sangat pantas untuk bisa dikloning oleh sekolah Muhammadiyah di daerah-daerah lain yang masih belum memiliki sekolah unggul,” sambungnya.
Pentingnya Penerapan Deep Learning di Sekolah
Dalam kegiatan yang digelar di The Millenium Building (TMB) Mudipat tersebut, Didik menyampaikan juga pentingnya pelaksanaan metode pembelajaran mendalam bisa diterapkan di sekolah. “Perlu dipahami, kita tidak mengubah kurikulum, namun mengubah metode pembelajarannya. Kita perlu menerapkan sistem deep learning kepada siswa kita untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa,” jelasnya.
Maka, ujar Didik, itu yang dipandang penting oleh Abdul Mu’ti. “Mas Menteri memahami bahwa siswa kita perlu menciptakan lingkungan belajar yang mindful, joyful, dan mendalam. Dalam penerapannya, guru sangat berperan sebagai mentor, kolaborator, dan fasilitator,” tuturnya.
Didik menjelaskan penyebab demokrasi kita masih berkutat pada money politics. “Pendidikan kita masih sangat rendah, yang berpengaruh pada pola pikir masyarakat. Maka jangan heran jika tiap ada Pemilu, masyarakat masih tergoda dengan uang 50 ribu atau 20 ribu,” terang Didik.
Menutup materinya, Didik menegaskan bagaimana seharusnya kita menyikapi siswa yang memiliki potensi. “Jangan sampai kita takut pada anak yang cerdas dan memberi ia kelas terpisah. Biarkan dia bersosialisasi dengan teman-temannya sehingga ia bisa semakin mengasah kemampuannya di bidang partnership. Itu yang mesti kita ajarkan, yakni mindset kolaborasi, bukan menang kalah,” tegasnya. (mul)


