MUDIPAT.CO-Peserta Hizbul Wathan (HW) Camp SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Surabaya diajarkan beragam materi menarik. Materi yang diajarkan adalah Pengenalan Kepanduan, Tali Temali, Bivak, Semaphore, Sandi Morse Peluit, Peta Pita, dan Materi Tanggap Bencana.
HW Camp berlangsung di Agro Mulia Prigen pada Kamis-Sabtu (1-3/05/2025). Acara ini diikuti 224 siswa kelas V. Materi disampaikan oleh Ramanda Rumi, Ramanda Sari, Ramanda Jos Irianto, Ramanda Agus, Ramanda Toni, dan Ramanda Rafli.
Materi disampaikan di areal terbuka sekitar tenda dengan ditemani guyuran gerimis rintik-rintik, lalu dipindah di aula karena gerimis berubah jadi hujan deras. Di tengah cuaca hujan, peserta HW Camp tetap semangat menyimak materi.
Tali Temali menjadi salah satu materi yang cukup menarik. Di materi ini, peserta HW Camp diajari simpul-simpul yang bisa untuk membuat tandu. “Ini adalah simpul pangkal, kalau seperti ini simpul jangkar, kalau dirangkai bisa untuk membuat tandu,” ujar Ramanda Joss Irianto.



Berikutnya peserta HW Camp dikenalkan dengan sejarah singkat gerakan kepanduan. “Gerakan kepanduan didirikan tahun 1907 oleh Lord Boden Powel. Di Indonesia ada banyak gerakan kepanduan, salah satunya adalah Hizbul Wathan milik Muhammadiyah,” terang Ramanda Rumi
Dia menjelaskan HW didirikan tahun 1918 oleh KH. Ahmad Dahlan. Saat Presiden Sukarno, semua gerakan kepanduan dilebur menjadi satu dengan nama Pramuka singkatan dari Praja Muda Karana.
“Tahun 1999 gerakan kepanduan Hizbul Wathan dihidupkan lagi oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sampai sekarang,” katanya.
Materi selanjutnya adalah pemaparan tentang dampak gigitan ular dan cara penanganannya. Materi ini disampaikan Ramanda Rafly. Dengan suara yang lantang dia menjelaskan macam-macam ular dan dampak dari gigitannya.
“Coba kalian amati ular seperti ini. Tubuhnya berwarna hijau, punya ekor berwarna merah, namanya Trimeresurus Albolabris. Gigitan ular ini dapat menyebabkan pembengkaan sampai kerusakan jaringan,” terangnya.
Dia menambahkan orang yang terkena gigitan ular ini, kalau kerusakan pada jaringan di tubuhnya sangat parah, jaringan di tubuhnya harus diamputasi.
“Lalu ini adalah ular Cobra Jawa, gigitannya bisa mengakibatkan kerusakan syaraf otak,” katanya.
“Kemudian, ular cobra jenis yang lain yaitu King Cobra punya racun yang bisa membunuh satu orang manusia dalam waktu 30 menit kalau tidak segera ditolong atau penanganannya salah,” tuturnya.
“Nah, ini adalah jenis ular yang paling berbahaya. Namanya ular Welang punya racun dua kali lebih bahaya dari racun ular King Cobra, saat ini di Indonesia belum ada serumnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ramanda Rafly menerangkan tentang penanganan gigitan ular berbisa. Dia menjelaskan pertama mengidentifikasi ular apa yang menggigit, berbisa atau tidak, dapat dilihat dari bekas gigitannya.
“Bekas gigitan ular berbisa meninggalkan lubang kecil dua titik, kalau bekas gigitannya hanya meninggalkan satu lubang kecil biasanya membentuk huruf U, itu gigitan ular tidak berbisa,” paparnya.
Ramanda Rafly memaparkan, pertolongan gigitan ular berbisa, aliran darahnya harus dijauhkan dari jantung agar racunnya tidak mengalir ke jantung.
“Kalau misalnya yang terkena gigitan ular berbisa itu tangan, maka posisi tangannya harus diturunkan agar aliran darah tidak mengalir ke jantung karena darahnya sudah terkontaminasi racun atau bisa. Setelah itu segera lakukan pembidaian, lalu dibawa ke Rumah Sakit,” paparnya.
Membuat sandwich adalah materi yang diberikan kepada peserta HW Camp, sebelum istirahat dan bersih diri. (A-ji)



 
                                    