MUDIPAT.CO – Semarak Ramadan di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) semakin terasa dengan digelarnya kajian live streaming bertema “Puasa Itu Memaafkan” pada tanggal 17 Maret 2025. Acara yang disiarkan langsung melalui platform YouTube ini menghadirkan narasumber inspiratif, Ust. Fiemas Maulana Al Jufri, S.Psi., M.Pd., guru Mudipat dan juga aktivis Muhammadiyah sebagai Ketua bidang Tablig Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Acara dimeriahkan juga oleh penampilan spesial dari band cilik Mudipat, The Little Warrior dan D’fasco.
Kajian ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Ramadhan yang diselenggarakan oleh Mudipat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Ramadhan, khususnya tentang pentingnya memaafkan. Acara ini berhasil menarik perhatian ratusan penonton yang terdiri dari siswa, orang tua, guru, dan masyarakat umum, yang antusias mengikuti kajian dari awal hingga akhir.

Dalam kajiannya, Ust. Fiemas Maulana Al Jufri menyampaikan pesan mendalam tentang hakikat puasa sebagai sarana pendidikan dari Allah SWT untuk mencapai derajat taqwa. Beliau menekankan bahwa salah satu indikator ketaqwaan seseorang adalah kemampuannya untuk memaafkan.
“Allah SWT mendidik kita melalui ibadah puasa agar menjadi lulusan yang ‘la allakum tattaqun’, yaitu orang-orang yang bertaqwa,” ujar Ust. Fiemas. “Apakah kita sudah mencerminkan diri sebagai hamba-hamba Allah yang bertaqwa? Puasa adalah momen untuk belajar mengendalikan diri, emosi, dan segala hal yang dapat mengurangi pahala puasa. Salah satu ciri orang bertakwa adalah mudah memaafkan.”

Beliau kemudian merujuk pada Surat Ali Imran ayat 134 yang menjelaskan tiga ciri orang bertaqwa, yaitu orang yang bersedekah, orang yang mampu menahan amarah, dan orang yang mudah memaafkan.
Sesi tanya jawab menjadi salah satu momen yang paling dinantikan dalam kajian ini. Para penonton mengajukan berbagai pertanyaan menarik seputar tema memaafkan, dan Ust. Fiemas dengan sabar memberikan jawaban yang lugas dan mudah dipahami.
Salah satu pertanyaan yang muncul adalah tentang apakah memaafkan berarti harus melupakan kesalahan orang lain. Ust. Fiemas menjelaskan bahwa manusia secara alami akan mengingat dua hal, yaitu pengalaman yang menyenangkan dan yang menyakitkan. Memaafkan, menurut beliau, tidak berarti menghapus ingatan masa lalu, tetapi lebih kepada memperindah hari ini dan esok dengan melepaskan beban dendam.
Beliau juga menyampaikan pentingnya memaafkan sebelum tidur sebagai amalan calon penghuni surga, serta menghindari sifat iri dan dengki terhadap nikmat yang diberikan kepada orang lain.
Pertanyaan lain yang menarik adalah tentang hubungan antara dendam dan kesehatan fisik. Ust. Fiemas menegaskan bahwa dendam yang dipendam terlalu lama dapat berdampak negatif pada kesehatan. Beliau mencontohkan kisah seseorang yang sembuh dari penyakitnya setelah memaafkan anaknya yang telah menyakitinya selama bertahun-tahun.
“Obat yang paling luar biasa adalah memaafkan,” tegas Ust. Fiemas. “Dalam Surat At-Taghabun ayat 14 disebutkan bahwa dalam keluarga pun bisa ada yang menjadi musuh bagi kita. Maka, solusinya adalah memaafkan.”
Menanggapi pertanyaan tentang apakah orang yang tidak bisa memaafkan akan gagal mencapai taqwa, Ust. Fiemas menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan kesempatan bagi hamba-Nya untuk meraih ampunan melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan. Namun, beliau juga mengingatkan bahwa memaafkan adalah proses yang membutuhkan latihan dan kesabaran.
“Allah SWT telah menyiapkan hadiah surga seluas langit dan bumi bagi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa, sebagaimana disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 133,” ujar Ust. Fiemas. “Jika kita belajar mengelola hati, perasaan, dan emosi, maka kita akan menjadi hamba-hamba Allah yang pemaaf.”
Selain kajian yang inspiratif, acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan memukau dari dua band cilik Mudipat, The Little Warrior dan D’fasco. Kedua band ini berhasil menghibur para penonton dengan lagu-lagu religi dan nasional yang dibawakan dengan penuh semangat dan keceriaan.
Penampilan The Little Warrior dan D’fasco menjadi bukti nyata bahwa Mudipat tidak hanya fokus pada pengembangan aspek spiritual, tetapi juga memberikan wadah bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan minat mereka di bidang seni.
Di akhir kajian, pembawa acara menyampaikan pesan yang sangat menginspirasi tentang pentingnya memaafkan. “Kadang memaafkan itu berat, tapi dengan memaafkan, kita melakukan healing untuk diri sendiri,” ujar pembawa acara.
“Dendam hanya akan membuat kita overthinking, insomnia, dan capek mental. Sementara itu, memaafkan akan membuat hati tenang dan masa depan cerah. Jadilah orang yang pemaaf agar hidup menjadi chill, dan tujuan takwa tercapai. Ingatlah, Allah mencintai orang-orang yang baik dan pemaaf.”
Kajian live streaming “Puasa Itu Memaafkan” ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi para penonton untuk menjadi pribadi yang lebih pemaaf, sehingga dapat meraih derajat taqwa di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. (Salsabila)


