MUDIPAT.CO-Wartawan cilik SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Surabaya, Andiena Rheisa Shaquita berkesempatan mewawancarai Prof Biyanto, Staf Ahli Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Wawancara ini dilakukan di VIP Room Grand City Ballroom, ketika Prof Biyanto memenuhi undangan Mudipat untuk memberi motivasi di acara Apresiasi Prestasi Siswa Kelas VI, Ahad (22/6/2025).
Andiena mengajukan pertanyaan bagaimana perasaan Prof Biyanto ketika ditunjuk menjadi Staf Ahli Kemendikdasmen.
Dengan senyum ramah dia menjawab kaget sekaligus terhormat.
“Kaget karena diajak Pak Menteri bersama-sama di kementerian. Terhormat karena mendapat kepercayaan yang luar biasa, karena itu saya ingin memaksimalkan waktu yang ada untuk ikut memperbaiki mutu pendidikan terutama di bidang yang diamanahkan ke saya yaitu regulasi dan hubungan antar lembaga,” katanya.
Dia menjelaskan regulasi itu terkait dengan pembuatan peraturan-peraturan yang mengarah pada perbaikan mutu pendidikan.
“Peraturan-peraturan yang ada belum sesuai dengan kebutuhan sekarang, misalnya dulu kita mengenal PPDB atau Penerimaan Peserta Didik Baru. Oleh Pak Menteri dan harapan masyarakat, PPDB dirubah dengan pembuatan peraturan untuk mengganti dari PPDB menjadi SPMB atau Sistem Penerimaan Murid Baru,” jelasnya.
Tentu perubahan ini, lanjutnya, bukan sekadar perubahan nama tetapi perubahan yang fundamental, perubahan yang sangat penting sehingga regulasinya perlu dibuat untuk menjamin semua sekolah mau menerima anak-anak dengan jalur yang sudah ada, yaitu prestasi, domisili, mutasi, dan afirmasi.
Dia mengatakan ada hal yang mendesak untuk segera dikerjakan tahun ini adalah revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
“Itu kan seperti kitab sucinya pendidikan. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah bersama DPR mempunyai target yang sama untuk menuntaskan Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional di tahun ini,” ujarnya.
Pria asal Lamongan itu menegaskan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang ada saat ini berlaku sejak tahun 2003, maka perlu diperbaiki menyesuaikan kondisi pendidikan saat ini.
“Satu konsep lagi yang sangat penting dan perlu digaungkan adalah partisipasi semesta, yaitu keterlibatan semua pihak untuk memajukan pendidikan nasional,” katanya.
Dia menerangkan semua pihak itu bisa pemerintah, swasta, dunia usaha, dunia industri, dan pegiat-pegiat pendidikan yang lain.
Lalu Andiena menanyakan harapan atas ditunjuknya Pak Mu’ti sebagai Mendikdasmen.
Prof Biyanto menerangkan penunjukan Pak Mu’ti sebagai Mendikdasmen merupakan tantangan bagi Pak Mu’ti dan Muhammadiyah untuk membuktikan bahwa Pak Mu’ti dengan kapasitas yang dimiliki bisa membawa perubahan pendidikan nasional menjadi lebih baik.
“Maka perlu dukungan semua pihak, termasuk kebijakan, konsep yang disampaikan, mudah-mudahan bisa diterima dan dilaksanakan oleh salah satu sekolah terbaik, SD Muhammadiyah 4 Surabaya, Sekolah Teladan Nasional,” katanya.
Prof Biyanto lalu berpesan kepada Andiena untuk mengajak adiknya untuk bersekolah di Mudipat.
“Nanti adik-adiknya ananda Andiena jangan lupa sekolah di Mudipat, ajak juga keponakan, tetangga, dan sanak keluarga yang lain sekolah disini,” ajaknya.
Kemudian Prof Biyanto menjelaskan bahwa Muhammadiyah sangat concern pada dunia pendidikan.
“Muhammadiyah, diantara yang dikerjakan, core bisnisnya adalah pendidikan. Harus diingat bahwa sebelum Kiai Dahlan mendirikan Muhammadiyah, yang didirikan pertama kali adalah sekolah, dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah,” terangnya.
“Sekolah itu didirikan bulan Desember 1911, Muhammadiyah didirikan November 1918,” lanjutnya.
Dia menandaskan Muhammadiyah sejak awal dirancang untuk membebaskan negara ini dari kolonialisme penjajahan melalui pendidikan.
“Oleh karena itu Kiai Dahlan dan Muhammadiyah menyiapkan sekolah-sekolah menjadi sekolah yang baik, agar anak-anak menjadi generasi yang baik. Satu-satunya investasi terbaik adalah pendidikan,” tuturnya. (Aji)