MUDIPAT.CO – Bersamaan dengan kegiatan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT), SD Muhammadiyah 4 (mudipat) Pucang Surabaya juga menyelenggarakan kegiatan parenting untuk orang tua siswa yang ikuti ekskul Tapak Suci (TS), Ahad (21/1/2023). Hadir sebagai nara sumber Prof Dr. Ratna Dwi Wulandari, S.KM, M.Kes dan Drs. Mahfud. Tema parenting kali ini adalah Mencetak Generasi Hebat dan Bermartabat.
Prof. Ratna menyampaiakan empat hal yang mempengaruhi seseorang menjadi generasi hebat. Yaitu sehat fisik dan mental, cerdas emosi, cerdas sosial, cerdas intelektuan, dan cerdas spiritual.
Ia menyampaikan kecerdasan emosi menyumbang 80 persen keberhasilan seseorang. Beda generasi akan membawa karakter berbeda. Ia pun kondis saat ini yang berbeda dengan kondisi saat lalu. Misalnya, saat menyapu di ruang tamu. Anak sedang duduk, ya tinggal angkat kaki biar ibunya bisa menyapu. Kalau zaman dahulu, ketika lihat ibu menyapu, kita minta sapu dan meneruskan tugas ibu.
Menurutnya, kepedulian generasi saat ini tidak bisa langsung muncul. Jika kita tidak bisa berkompromi akan mengalami kegagalan komunikasi. Sebagai orang tua, ia menambahkan tidak boleh membiarkan hal yang tidak wajar. Kalau kita diam saja berarti kita berkontribusi terhadap ketidakberhasilan generasi tersebut.
Lebih lanjut Prof Ratna mengungkapkan ibaratnya generasi sekarang itu generasi stroberi. “Bapak-Ibu pernah menaruh stroberi di freeze? Atau pernah menaruh stoberi di tempat yang agak panas?” tanyannya. Ia pun menjelaskan stroberi yang ditaruh di freezer kemudian dikeluarkan atau ditaruh di tempat yang sedikit panas, terlihat sisi luarnya masih cantik, tapi dalamnya hancur.
“Itulah gambaran generasi kita saat ini. Diberi tantangn sedikit sudah menyerah. Diberi tantangan jangka panjang, mudah bosan,” paparnya.
Kenapa itu bisa terjadi? Menurutnya, karena orang tua terlalu ikut andil dalam semua tugas yang harusnya menjadi tanggung jawab si anak. Misalnya, saat anak mendapat tugas membuat kerajian tagan, Mamanya yang tidak sabar. Melihat hasil karya anaknya, langsung ikut turun tangan. Akhirnya apa? Yang mengerjakan tugas si anak adalah mama.
“Biarkan anak menyoba. Sekali gagal, mencoba lagi. Gagal lagi, mencoba lagi. Lama-lama kecerdasan emosinya akan terasah,” jelasnya.
Ia pun melanjutkan generasi hebat memiliki kecerdasan sosial. Hal ini berarti mereka paham dengan dirinya sendiri sehingga tahu bagaimana merespon situasi. Sedangkan kecerdasan intelektual dapat ditempuh di jalur formal. Contohnya adalah SD Mudipat ini.
Sementara itu sesorang jika memiliki kecerdasan spiritual semua kan disandarkan pada Allah. Kalau gagal, ia akan pasrah Allah. Ia percaya Allah Maha penolong. Orang yang seperti itu tidak akan berputus asa. Jika meraih sukses, tidak menjadi sombong. Ia memiliki sikap optimis. “Saat ini gagal, mungkin suatu saat akan sukses,” ungkapnya. (Muhimmatul Azizah)