MUDIPAT.CO – Usai materi Berpikir Positif pada kafilah putri Kelas VI dilanjutkan dengan materi Mandi Besar di ruang teather, tempat yang sama, Selasa (28/3/2023). Berbeda dengan materi sebelumnya yang lebih santai, materi ini lebih sedikit serius. Materi ini disampaikan oleh Ustadzah Muhimmatul Azizah.
Sebelum menjelaskan materi, ia bertanya pada siswa terlebih dahulu apakah mereka sudah ada yang melakukan mandi besar. ternaya hampir semua menjawab sudah. ia pun melanjutkan bertanya lagi apakah mandi besar yang mereka lakukan sudah sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Mereka pun memberi jawaban yang berbeda, ada yang menjawab tidak tahu dan ada yang menjawab tidak yakin.
Ustadzah Izah, panggilan akrabnya pun menegaskan mandi besar ini adalah salah satu ibadah, yang pada pelaksanaanya harus sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu setelah mendapat materi ini, ia berharap agar siswa dapat melakukan mandi besar dengan cara yang benar. “Tidak boleh lagi asal mandi, ya,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia juda menjelaskan mandi besar itu mempunyai rangkaian atau tahapan. Salah satunya adalah adanya wudhu di dalamnya. Maka jika semua tahapan dari mandi besar tersebut harus dilakukan agar shalat yang dikerjakan sah. “Mandi besar dan shalat saling berkaitan. Jika mandi besar kita asal-asalan, khawatirnya shalat kita juga tidak sah,” jelasnya.
Pada kesempatan itu Ustadzah Izah menjelaskan paket komplit pengertian, kondisi yang mengharuskan mandi besar, dasar atau dalilnya, serta tata cara mandi besar. Beberapa Kondisi yang mengharuskan mandi besar antara lain mengeluarkan sperma/ air mani, hubungan suami Istri, setelah haid, setelah nifas, baru masuk islam, dan sesudah sadar dari pingsan atau gila.
Selanjutnya ia juga memberikan contoh beberpa kondisi sunah melakukan mandi besar. Kondisi tersebut antara lain Ketika hendak menunaikan shalat Jumat, shalat dua hari raya, hendak ihram, hendak wukuf di Arafah, dan sesudah memandikan jenazah.
Perikutnya ia menjelaskan dengan rinci tata cara mandi besar. Mandi besar diawali dengan mengucap niat dalam hati karena Allah dengan mengucapkan Bismillahirrahmaanirrahiim. tahap berikutnya membasuh (mencuci) kedua telapak tangan, dilakukan sambil membersihkan sela-sela jari tangan. selanjutnya mencuci kemaluan dengan tangan kiri. ”Jangan lupa usai dibuat mencuci kemaluan, tangan dicuci dengan sabun atau pembersih lainnya. Jika zaman dahulu digosokkan tangannya pada tanah,” jelasnya.
Tahap berikutnya adalah berwudlu seperti halnya wudlu untuk melaksanakan shalat. Kemudian mencuci kepala dan membasuh tubuh. Langkah ini dilakukan dengan cara menggosok sela-sela rambut hingga merasakan air mengenai pori-pori kepala (keramas). Kemudian mengguyurkan air ke kepala di mulai dari bagian kanan kemudian ke bagian kiri sebanyak tiga kali dan meratakannya ke seluruh tubuh.
“Demi kesempurnaan dalam mencuci kepala, perlu diperhatikan bagi yang menggunakan ikat rambut hendaknya melepaskan ikatannya,” tambahnya.
Tahap terakhir adalah mencuci kaki. Tahap ini dilakukan denagn membersihkan dua kaki dengan mendahulukan kaki kanan tiga kali kemudian kaki kiri tiga kali. Diratakan dan digosok saat membasuh (mencucinya).
“Jika selama mandi besar tidak batal wudhunya, maka tidak usah wudhu lagi dan bisa langsung melaksanakan shalat. Namun jika batal, maka setelah mandi besar harus wudhu lagi,” jelasnya.
Siswa pun sangat antusias dengan materi ini. Beberapa pertanyaan pun dilontarkan hingga tidak terasa waktu usai. Beberapa pertanyaan itu antara lain, “Ustadzah apakah boleh wudhu dalam keadaan tidak memakai baju? Bagaimana jika kita sudah mandi besar ternyata keluar darah haid lagi?”
Ustadzah Izah pun menjelaskan wudhu Ketika tidak memakai busana boleh, asal dilakukan di dalam kamar mandi. Yang tidak boleh itu, jika berwudhu tidak pakai busana dan dilakukan di luar kamar mandi. “Ih ngeri,” tambahnya. Berikutnya jika setelah mandi besar keluar darah haid lagi, itu berarti belum suci. Maka otomatis tidak boleh shalat. Oleh karena itu sebelum mandi besar harus dipastikan sudah suci atau belum dengan mengecek menggunakan kapas. Selain itu bisa diperkirakan dari siklus haid yang biasa dialami masing-masing orang.
“Misal siklus haidnya biasanya tujuh hari, maka saat hari ketujuh bisa dicek menggunakan kapas untuk memastikan suci tidaknya,” jelasnya. (MA/mul)