Ustadz Barir Kupas Diplomasi Nabi pada Jibril di Kajian Kitab Arba’in An-Nawawiyah. Liputan Muhimmatul Azizah, Wartawan mudipat.co
MUDIPAT.CO – Kajian tafsir kali ini berbeda dengan kajian rutin seperti biasanya. Sebab kali ini kegiatannya adalah mengkaji kitab Arba’in An Nawawiyah, yang diasuh oleh Ustadz Drs. H. Ahmad Barir, M.Si., Jumat (2/9/2022). Ngaji kitab ini rutin diadakan setiap minggu pertama tiap bulannya, sedang untuk minggu-minggu selanjutnya diisi dengan kajian tafsir Al Quran.
Ini merupakan yang kali kedua. Sehingga kajian kali ini mengupas tentang kitab Arba’in An Nawawiyah yang ke-2. Mengawali kajian, Ustadz Barir, sapaan akrabnya mengatakan isi kitab Arba’in An Nawawiyah yang ke-2 sangat panjang. Yang berisi tentang iman, islam, dan ihsan.
Kemudian ia membaca seluruh isi dari hadits Arba’in An Nawawiyah yang ke-2 tersebut dan dilanjutkan dengan terjemahannya. Selanjutnya Ustadz Barir menceritakan pada suatu hari Umar Bin khattab sedang duduk-duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba datang seorang laki-laki berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tidak seorang pun mengenalnya. Kemudian ia duduk dihadapan Nabi Muhammad dan bertanya tentang beberapa hal.
Pertama laki-laki tersebut berkata: ‘Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?’ Nabi menjawab:”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah Al Haram jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.”Laki-laki tersebut berkata: ‘Engkau benar.’
“Umar bin Khattab yang ada pada saat itu terheran-heran. Lho dia yang bertanya, kok dia sendiri yang membenarkan jawabannya,” ucap Ustadz Barir.
Kedua, orang tersebut bertanya lagi, “Jelaskan kepadaku tentang iman?” lanjut Ustadz Barir. Nabi menjawab: “(Iman itu adalah) Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.” Laki-laki tersebut berkata: ‘Engkau benar.’
Ketiga, laki-laki tersebut bertanya lagi: ‘Jelaskan kepadaku tentang ihsan?’Nabi menjawab: “(Ihsan adalah) Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sungguh Dia melihatmu.”
Selanjutnya, keempat laki-laki tersebut bertanya lagi: “Beritahu kepadaku kapan terjadinya kiamat?” Nabi menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Ia berkata: “Jelaskan kepadaku tanda-tandanya!” Nabi menjawab: “Jika seorang budak wanita melahirkan tuannya dan jika engkau mendapati penggembala kambing yang tidak beralas kaki dan tidak pakaian saling berlomba dalam meninggikan bangunan.”
“Setelah mengajukan beberapa pertanyaan tersebut, laki-laki tersebut langsung pergi,” ujar Ustadz Barir. Menurut Ustadz Barir, sahabat Umar masih terheran-heran dengan tamu tersebut. Kemudian Rasulullah bertanya kepadanya: “Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang tadi?” Umar pun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Kemudian Nabi berkata: “Dia adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama ini kepada kalian.”
Selanjutnya, Ustadz Barir menegaskan pada kalimat ‘antasyhada’ bermakna pengakuan atau kesaksian. Kesaksian ini bukan hanya diucapkan secara lisan, namun harus diyakini dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. “Yang berhak diibadahi, yang berhak disembah hanya Allah SWT,” tegasnya.
Selain itu, dalam hadits ini menurut Ustadz Barir juga menunjukkan bagaimana Rasulullah melakukan diplomasi terhadap malaikat jibril. Hal ini tergambar pada pertanyaan yang keempat tentang kapan terjadinya hari kiamat. Saat ditanya tentang hal tersebut, Rasulullah menjawab orang yang ditanya tidaklah lebih mengetahui dari yang bertanya. “Ini adalah diplomasi rasulullah pada malaikat Jibril,” ungkapnya. [*]
Editor Mulyanto