MUDIPAT.CO – Pada masa liburan sekolah di akhir tahun 2021, SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya atau Mudipat mengadakan The 10th Access (Academic Enlightening Session) untuk guru dengan tema “Professional Teachers Welcome to the Education Digital Era,” Jum’at (31/12/2021) di aula Din Syamsuddin. Narasumber adalah oleh Drs. H. Muhammad Na’im, M.Pd., Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya.
Hadir pula memberi sambutan pada kegiatan tersebut Kepala Mudipat M. Syaikhul Islam MHI dan Ketua Majelis Dikdasmen PC Muhammadiyah Ngagel M. Ridwan MPd.
Dalam sambutannya, M. Ridwan mengatakan bangga atas pencapaian prestasi Mudipat. “SD Muhammadiyah 4 atau Mudipat, seperti yang disampaikan ustadz Icool tadi, meraih beberapa penghargaan atau prestasi. Diantara meraih juara umum pada gelaran ME Award 2021, juara robotika tingkat nasional sampai internasional, dan lain-lain. Saya salut dan bangga, di saat pandemi seperti ini, Mudipat mampu berkarya dan berprestasi,” katanya.
“Saya juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada bapak/ibu guru Mudipat, meskipun di masa liburan mau datang ke sekolah dalam rangka pembinaan. Kegiatan seperti ini harus terus dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalitas bapak/ibu guru,” tuturnya.
Mudipat, lanjutnya, juga baru saja mendapat predikat Akreditasi A dan penghargaan Outstanding School. Penghargaan-penghargaan itu jangan lantas membuat bapak/ibu guru berhenti berkarya dan terlena, tetapi jadikanlah itu pemicu semangat untuk terus berkarya dan berprestasi lagi.
“Pekerjaan guru di era digital saat ini semakin komplek, tidak hanya mengajar. Guru harus terus-menerus meningkatkan kemampuan dan profesionalitas,” tandasnya.
Dia menerangkan berdasarkan profesionalitas, guru dibedakan menjadi dua yaitu guru betulan dan guru kebetulan. Guru betulan adalah guru yang sejak awal kuliah di jurusan pendidikan guru, sehingga mempunyai kompetensi dan profesionalitas sebagai guru serta sudah bersertifikasi guru.
“Guru kebetulan adalah sebenarnya tidak menginginkan profesi sebagai guru, tetapi karena peluang untuk mengejar profesi yang diinginkan tidak tercapai, akhirnya menjadi guru,” katanya.
Ridwan berharap semua guru, khususnya di Mudipat adalah guru betulan. Tantangan guru di era digital atau era revolusi industri 4.0 adalah mendidik generasi z atau generasi milenial yang tidak sama dengan zaman kita dulu.
“Kalau dulu guru cukup mentransfer ilmu atau transfer knowledge kepada murid-murid, sekarang tidak cukup begitu. Anak-anak zaman sekarang sangat mudah mengakses internet di gadget untuk mencari informasi yang diinginkan. Jadi sudah ada pergeseran , kalau dulu guru merupakan sumber belajar satu-satunya, tapi sekarang guru juga sebagai fasilitator, bagaimana guru melakukan bimbingan dan pendampingan kepada murid-murid,” terangnya. (Anang)