MUDIPAT.CO – Mengembangkan sekolah kuncinya hanya satu. Yaitu keikhlasan. Manajerial dan tata kelola sekolah maju kuncinya memang keikhlasan.
Demikian disampaikan Dr H Mulyana AZ MSi, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan SD Muhammadiyah 4 Pcuang Surabaya (Mudipat) di hadapan tamu rombongan studi banding dari SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan, di meeting room TMB Mudipat, Kamis (30/9/2021).
“Kita yang mau membangun sekolah harus punya keikhlasan. Dari keikhlasan akan tumbuh keberanian, kesungguhan, dan kecintaan yang besar terhadap sekolah. Guru harus betah di sekolah. Jangan mulah-muleh ae (pulang-pulang saja),” jelas Kepala Sekolah Mudipat era 2001-2006 itu.
Lebih lanjut Ustadz Mulyana mengatakan, membangun sekolah adalah proses berkesinambungan. Satu dua tahun yang lalu telah terlewati dengan semangat. Maka, menurutnya, hari ini dan seterusnya harus terus dihadapi dengan tekad yang jauh lebih semangat lagi.
“Anda berani studi banding ke sini sudah hebat. Banyak sekolah lain hanya kepingin, tapi tak pernah sampai di sini. Yang lebih parah lagi tidak punya keinginan untuk belajar. Anda ke sini hari ini dengan segala tekad, itu luar biasa. Saya berpendapat apa yang baik di sekolah ini dan cocok diterapkan di sekolah panjenengan, terapkanlah,” pungkas Ketua Majelis Pustaka PWM Jatim itu.
Sementara itu Kepala Mudipat M. Syaikhul Islam yang menyambut tamu istimewanya itu bersama jajarannya, memberikan wawasan pendidikan dan kehidupan secara global. Dikatakan bahwa pada era saat ini semua orang termasuk sekolah, kepala sekolah, dan guru-gurunya harus mampu beradaptasi dengan keadaan.
“Kita harus menjadi mujahid-mujahidah di bidang pendidikan. Spirit kita harus sama dengan Muhammadiyah yang selalu hadir untuk negeri,” ungkap ustadz Syaikhul.
Ditambahkan, pihaknya punya komitemen serius untuk membangun pendidikan. Makanya di masa baktinya ia mengusung slogan educating with heart, serving with respect. Yakni mendidik sepenuh hati dan melayani dengan penuh hormat.
“Kunci kita dicintai masyarakat kan kita melayani. Siapapun dilayani dengan baik. Murid didik dengan hati lalu tenaga kependidikan kita mulai dari satpam yang ada di front liner menyapa dan melayani dengan ramah,” terang Wakil Ketua PWPM Jatim itu.
Pihak tamu, sang kepala sekolah Ali Imron ST mengatakan ingin terus bersahabat dan selalu meminta pencerahan dan pendampingan kepada pihak Mudipat. Kemarin bersama 11 guru dan tenaga kependidikan, ustadz Imron mengaku ingin mendapatkan inspirasi dari Mudipat.
“Tahun 2015 kami 3 bulan magang di Mudipat. Sepulang dari sini lalu kami mendirikan TK ABA. Itu berawal dari yang pernah belajar di sini pulangnya itu kita memberanikan diri membangun TK. Itu cikal bakal berdirinya SD Muhammadiyah,” jelas Ustadz Imron. Lalu 2016 sekolah SD Muhammadiyah 2 Socah itu berdiri.
Pada 2017 pasukan Socah kembali lagi ke Mudipat untuk ngangsuh kawruh. Kali itu pasukan kepala sekolah bersama pengurus ikatan wali murid. Oleh sebab itu ustadz Imron kemarin mengatakan, SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan punya ikatan bilogis dan ideologis yang kuat dengan Mudipat.
“Jadi kami di sini untuk mencari inspirasi. Inspirasi temuan-temuan yang kita bisa diterapkan di sekolah kami. Mohon bimbingannya kepada seluruh dewan guru (kami) agar bisa memberikan inspirasi bagi peserta didik,” tutup ustadz Imron yang sekolahnya baru berjalan 5 tahun dengan jumlah murid 70, kelas tertinggi saat ini adalah kelas 5 dan persekolahan di daerahnya sudah melalukan tatap muka penuh atau luring dengan protokol kesehatan. (mul)