MUDIPAT.CO – Ada yang unik dengan penampilan siswa-siswi kelas 4-I Cape Town SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya Senin siang (26/7/2021). Yakni, anak-anak itu mengenakan aksesori aneh pada wajah mereka dan menampakkan di pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kala itu.
Ustadzah Vivi, pengampu mata pelajaran PKn Mudipat (SD Muhammadiyah 4 Pucang), merancang Civic Project dengan tema keberagaman. Siswa-siswi diminta menampilkan hal yang aneh menurut mereka dan mempresentasikan keanehannya pada teman lainnya. “Dari proyek tersebut anak-anak belajar menghargai orang lain. Kadang apa yang menurut kita aneh belum tentu aneh bagi orang lain,” ujarnya.
Tawa dan senyum menyelimuti kegiatan siang itu. Tampak dari layar Zoom beberapa siswa menertawakan tampilan teman lainnya. Ada yang memajang tompel di wajah, mengenakan rambut keriting, menebalkan bibir dan alis, menghitamkan bibir dan wajah, menampakkan muka putih pucat, bahkan wajah badut.
Alat yang mereka pakai pun beragam. Dari kertas yang diwarnai sampai meminjam peralatan make-up orang tua. Saking totalitasnya, Dilan mengalami hal unik di rumahnya. “Tadi adikku lihat aku langsung nangis, Us,” kisah salah seorang siswa kepada Ustadzah Vivi.
Ustadzah Erfin Walida, wali kelas tersebut, menambahkan, proyek ini tercetus dari sebuah kejadian di pembelajaran minggu sebelumnya. Beberapa siswa takut saat ustadzah menampilkan foto wanita berkulit hitam dan dibalut kerudung merah. Sangat mencolok dan kontras.
“Berawal dari tema keberagaman itulah, akhirnya siswa-siswi kelas 4i Cape Town Mudipat mendapat tugas untuk menampilkan keanehan versi mereka masing-masing,” katanya.
Menurutnya, proyek ini tidak sekadar menampilkan wajah aneh di hari itu. Namun, ada proses mengidentifikasi dan pencarian ide tentang hal-hal aneh menurut siswa. Setelah mendapat ide, siswa mencari tahu cara pembuatan benda aneh tersebut. Terakhir, penemuannya diujicobakan dengan menampilkan pada saudara atau orang tua dan jika menurut mereka aneh, barulah anak menampilkan pada teman-temannya dan ustadzah.
“Proyek kali ini ingin memberikan pesan bahwa perbedaan adalah rahmat. Tak perlu memandangi terlalu heran, bahkan menertawakan jika melihat sesuatu yang berbeda dari diri kita. Dari situ anak paham bahwa keberagaman itu keniscayaan. Memang perlu dilatih untuk memandang dunia lebih luas lagi,” ungkap ustadzah alumnus Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut. (erfin)