Wednesday, January 15, 2025
spot_imgspot_img
HomeMUDIPAT TODAYParenting Itu yang Dibenahi Dulu Orang Tuanya, Baru Anak

Parenting Itu yang Dibenahi Dulu Orang Tuanya, Baru Anak

MUDIPAT.CO – SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) bekerja sama dengan Shinkenjuku menggelar acara parenting bersama psikolog Elly Risman, Sabtu (12/6/2021). Acara yang berlangsung sekitar 2 jam tersebut diikuti 164 peserta tanpa berkurang hingga akhir acara. Pasalnya, Elly membuka konsultasi dua arah yang membuat peserta virtualnya tampak betah berlama-lama nge-Zoom.

Satu jam pertama, peserta diminta membuat beberapa kolom di sebuah kertas untuk meluapkan masa kecilnya. Juga dampak yang terjadi pada anaknya masa kini. Ternyata Elly sedang mengajak peserta menemukan inner child (pengalaman masa kecil) yang terbawa hingga kini. Sehingga, pengasuhan pada anaknya pun dipengaruhi rasa kesal pada pengalaman masa kecil.

Selanjutnya, peserta diminta menulis di kertas dan kolom chat tentang curhatan selama ini. Apa yang dirasakan saat kecil dulu, perasaan yang timbul, perasaan yang masih membekas, hingga adakah yang mendengar segala curhatan itu.

“Setelah saya mendengarkan curhatan Ayah/Bunda semua, apa yang dirasakan?” tanya Elly disambut bombardir chat peserta. Beragam jawaban ditampilkan. Plong, adem, senang, merasa didengarkan, dan dihargai. “Nah, rupanya Ayah/Bunda butuh didengarkan. Setelah semua plong, barulah belajar membenahi iklim keluarga kita,” ungkap perempuan asal Aceh itu.

Ia menjelaskan, banyak orang tua yang menginginkan iklim rumah tangga yang lebih baik. Maka, harus dimulai dari diri sendiri. Elly mengajak peserta melakukan perubahan diri sendiri dengan afirmasi. Barulah menularkan pada lingkungan sekitar.

“Untuk memerdekakan diri, kita harus memerdekakan diri dari masa lalu, inner child. Inner child ada tiga. Free child, adaptive chlid, rebellious chlid,” terangnya.

Free child adalah kegiatan kreatif seperti main lumpur, main blok, dan lain-lain.  Adaptive child seperti nasihat orang tua ke anak, orang tua mengajak berbicara, dan kerja sama. “Nah, yang ketiga ini masuk inner child seperti rewel, ngambek, mengeluh, marah, menangis, dan menjerit, yang harus kita merdekakan,” jelas Elly.

Setelah itu, ia tunjukkan ayat Alquran Ali Imron 159. Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.

“Dari ayat tersebut, kita tahu bahwa jika orang tua berlaku kasar akan dijauhi oleh anaknya. Maka, cara yang tepat adalah memaafkan diri sendiri dan anak. Kemudian mengajak anaknya berbicara, bermusyawarah,” jelasnya.

Selanjutnya, Elly mengajarkan cara afirmasi dengan menggerakkan tangan menjadi scanner untuk memindai bagian badan yang sakit. “Lakukan setelah shalat dan istigfar. Jadikan tangan kananmu scanner, jika ada yang dirasa sakit, buang yang sakit dan relaksasi di atas sajadah. “Ambil napas dalam hitungan 3. Pegang pusar hitungan 3 dan keluarkan napas dalam hitungan 3. Maka, dengan begitu badan akan rileks dan lega,” ujarnya sambil mempraktikkan.

Jika diri kita sudah merdeka dan kita sudah selesai dengan diri kita, selesaikan dengan pasangan. Setelah itu, baru anaknya. Karena kata parenting dimulai dari parent. Yang harus dibenahi adalah pengasuhnya dulu, baru anak. “Maka, bukan anaknya yang dibenahi, tapi tiga tahap. Dimulai dari diri sendiri, pasangan, barulah terakhir anaknya,” tegas alumnus Universitas Indonesia itu.

Empat hal untuk ngomong dengan suami. Tingkatkan frekuensi melakukan hubungan suami istri, isu yang disampaikan harus kritis. Kalimat yang dipakai tidak boleh lebih dari 15 kata. Gunakan dengan kalimat tanya.

Untuk membicarakan dengan pasangan, pertama harus memahami inner child dan deal dengan masa lalunya. Kedua, membicarakan peran dan fungsi sebagai ayah. Barulah ketiga menyelesaikan masalah.

Di akhir, peserta diminta menulis kekurangan anak dan mencari penyebab dari diri sendiri. “Panggil anaknya, duduk bersama, peluk dan cium. Lalu minta maaf ‘ternyata kamu kecanduan games karena ibu’. Maka anak akan merasa lega dan mulai mengubah diri,” jelasnya.

“Tolong maafkan mama, minta ampunkan mama ke Allah. Kakekmu dulu keras ke mama. Jadi, mama juga keras. Mohon maaf ya nak,” ia mencontohkan sambil berlinang air mata. (Erfin)

RELATED ARTICLES

Most Popular