Thursday, September 19, 2024
spot_imgspot_img
HomeBINA AKHLAK ANANDA9 Kalimat Meredakan Emosi Anak (2)

9 Kalimat Meredakan Emosi Anak (2)

Ayah-Bunda pasti sering melihat anak yang sedang tantrum di tempat umum. Menangis meraung-raung hingga gulung-gulung di lantai. Ada beragam respons orangtua ketika menghadapi anaknya sedang tantrum. Ada yang begitu tenang, hingga kebanyakan yang menanggapinya tak kalah marah kepada anaknya. Tangis anak bukannya berhenti yang terjadi adalah sebaliknya.

Punya anak yang lekas marah dan tantrum merupakan tantangan tersendiri. Tak hanya harus bisa mengendalikan anaknya, Ayah-Bunda dituntut mampu bersikap luar biasa sabar.

Bila Ayah-Bunda masih mengalami kesulitan, berikut beberapa kalimat yang bisa dicoba untuk meredakan amarah anak:

  1. Kalimat non-konfrontatif

Ketika anak sedang marah dan melemparkan barang-barang hindari menggunakan kalimat, ”Jangan lempar-lempar barang!” Sebaiknya katakan, ”Kayaknya Adik (atau nama panggilan anak lainnya) nggak suka main ini ya, makanya dilempar-pempar terus.”

Teknik ini membantu mengomunikasikan perasaan dengan cara non-konfrontatif. Tak hanya untuk menjaga komunikasi terbuka, juga untuk memberikan model pengungkapan perasaan yang baik dari perspektif orangtua.

  1. Hindari melarang anak marah

Sering orangtua menanggapi kemarahan anaknya dengan kalimat, ”Kakak sudah besar, nggak boleh begitu!”  hindari kalimat tersebut, lebih baik sampaikan, ”Anak besar dan orang dewasa kadang bisa sedih dan marah. Nggak apa-apa, nanti perasaan itu akan hilang.”

Semakin besar seseorang, makin besar pula masalah yang dia hadapi. Mengatakan bahwa anak yang sudah besar tidak boleh marah atau sedih adalah salah. Kalimat tersebut dapat membuat anak menekan perasaannya dengan cara tidak sehat.

  1. Memisahkan emosi dengan tindakan

Ketika menghadapi anaknya yang sedang melampiaskan amarah dengan memukul, orangtua sering berteriak, ”Jangan memukul!” Ada kalimat lain yang lebih baik yang Ayah-Bunda katakan, ”Bunda tahu Kakak marah. Tapi ibu nggak bisa membiarkan Kakak memukul orang. Menyakiti orang lain itu salah.”

Kalimat ini merupakan pesan tegas yang menunjukan bahwa marah tidak apa-apa. Namun bukan alasan untuk melakukan tindakan kekerasan. Dengan demikian anak belajar memisahkan emosi dengan tindakan sehingga bisa belajar mengontrol emosi.

  1. Membantu menyelesaikan persoalan

”Kakak susah banget dikasih tahu!” Rasanya sering banget orangtua mengucapkan kalimat ini. Padahal ada kalimat lain yang lebih baik dan membuat reda amarah anak. Misalnya, ”Masalah ini susah ya, Kak? Ayo kita cari solusinya bersama-sama.”

Ayah-Bunda, penting untuk memahami alasan anak tidak mau mendengarkan orangtua. Dengan kalimat di atas menunjukkan bahwa Anda berada di sisi anak dan akan membantu menyelesaikan persoalannya.

  1. Mempertegas dengan volume rendah

Rasanya kita para orangtua sering menggunakan kalimat, ”Berapa kali sih harus dibilangin!” Kalimat penegasan ini dampaknya bisa berbeda dari yang Ayah-Bunda harapkan. Coba gunakan cara berbeda, seperti, ”Kakak nggak dengar yang bunda katakan? Coba bisikin apa yang bunda bilang tadi.”

Kalimat dengan volume rendah ini mempertegas namun terdengar lebih menyenangkan bagi anak.

  1. Menghargai perasaan anak

Kadang karena ikut larut dalam emosi, orangtua lepas kontrol dan mengucapkan kalimat yang menyakiti perasaan anak. Seperti, ”Kakak bikin malu!” Harap diingat, ini bukan tentang Ayah-Bunda tetapi anak dan perasaannya. Kita bisa membantu menyelesaikan persoalan anak tanpa menyinggung perilakunya. Misalnya dengan kalimat, ”Ayo kita ke tempat yang lebih tenang supaya masalahnya selesai.”

  1. Berikan senyuman tulus

Hindari menanggapi kemarahan anak dengan menghela napas dan menggeleng-gelengkan kepala. Sebaiknya pandang mata anak, ingat kelebihan dan kebaikkannya serta berikan senyum yang tulus kepadanya.

Meski anak sedang mengecewakan Ayah-Bunda, selalulah mencoba melihat kelebihan dan kebaikan anak.

  1. Selalu buka pintu komunikasi

”Bunda sudah tidak mau ngomong lagi!” Kalimat ini sering tanpa sadar terucap ketika menghadapi amarah anak yang sulit dikendalikan. Padahal kalimat ini justru menutup komunikasi dengan anak sehingga membuat Ayah-Bunda tidak bisa membantunya menyelesaikan masalah.

Sebaiknya katakan, ”Bunda sayang Kakak. Bunda mau Kakak mengerti, itu tidak baik.” Kalimat ini menjaga jalur komunikasi tetap terbuka sekaligus mengekspresikan emosi secara sehat.

  1. Peluk dan tenangkan

Menanggapi emosi anak dengan sikap tegas baik. Namun melibatkan emosi dan salah memilih kalimat justru berdampak tidak baik. Seperti kalimat, ”Sudah, berhenti!”

Lebih baik Ayah-Bunda peluk anak Anda, biarkan dia menangis. Ucapkan di dekat telinganya dengan berbisik, ”Bunda di sini. Kakak tenang ya.”

Ketika sedang sangat marah atau panik, tubuh anak-anak sering tak mampu menahan stres dan merasa benar-benar tak aman. Menemani dan membuat mereka tenang dan aman akan mengasah keterampilannya mengelola emosi. (Indah Kristiana-Ibu rumah tangga tinggal di Depok)

Artikel diambil dari laman: sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id

 

RELATED ARTICLES

Most Popular